PEMIKIRAN MUTU
MENURUT Joseph
M. Juran dan W. Edward Deming
(ANALISA DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU EL-HAQ BANJARSARI BUDURAN
SIDOARJO)
MAKALAH
DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM
SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2016/2017

Oleh :
M. Rohmad Wahyudi
NIM :
168610800016
Dosen Pembimbing :
Drs. Hidayatullah, M.Si
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SIDOARJO
MANAJEMEN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
PROGRAM PASCASARJANA
2016
LEMBAR PENGESAHAN
Makalah ini telah disetujui dan disahkan sebagai tugas semester
genap tahun akademik 2016/2017. Dosen pembimbing makalah Universitas
Muhammadiyah Sidoarjo, dan hasilnya dapat diterima
Pada tanggal
………………………………………………..
Mengesahkan
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Dosen
Drs. Hidayatullah, M.Si
KATA PENGANTAR
Puji syukur
kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat, karunia, serta taufik
dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Sejarah Pendidikan Islam.
Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw, yang
telah membimbing umatnya ke jalan yang benar dan diridhai-Nya.
Penyusunan
makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah “Manajemen Mutu
Pendidikan Islam” yang mana isinya membahas “Pemikiran Mutu Pendidikan Menurut Joseph M. Juran dan W. Edward Deming dan dianalisa di SD IT
EL-HAQ Banjarsari Buduran Sidoarjo”.
Tak lupa juga kami sampaikan terima kasih kepada dosen Drs. Hidayatullah, M.Si yang
telah memberikan tugas kepada kami. Dan juga kami ucapkan terima kasih kepada
rekan-rekan yang telah membantu menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Kami menyadari dalam
proses penyusunan makalah ini tidak lepas dari hambatan dan rintangan, yang
mana banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Dan kami menyadari juga,
keterbatasan-keterbatasan yang kami miliki. Kami mengharapkan kritik dan saran
untuk perbaikan makalah ini.
Syukran
katsiir, semoga kebaikan ini selalu mendapat balasan amal shalih dan diridhai
Allah SWT. Semoga makalah ini dicatat sebagai suatu amal ibadah dan bermanfaat.
Sidoarjo, Desember
2016
Penyusun
DAFTAR
ISI
HALAMAN JUDUL . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . i
LEMBAR PENGESAHAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
.. . . . . . . . . . . . . . ii
KATA PENGANTAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. .. . . . . . . . . . . . . . . . .iii
DAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . .iv
BAB I PENDAHULUAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . .5
A.
Latar
Belakang Masalah. . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5
B.
Rumusan
Masalah. . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .6
BAB II
PEMBAHASAN. . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . .7
A.
Pemikiran
Mutu Menurut W. Edward Deming
. . . . . . . . . . . . . .
. . . . .7
B.
Pemikiran Mutu Menurut Joseph M. Juran
. . . . . . . . . . . . . .
. . . . . .10
C.
Analisa
di SDIT EL-HAQ . . . . . . . . . . . . .
. . . . .. . . . . . . . . . . . . . 12
BAB III PENUTUP . . . . . . . . . . . . . . .
. .. . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . .17
A.
Kesimpulan
. . . . . . . .. . . . . . . . . .. . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . .
. . .. . . .18
B.
Saran
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . .
. . . . .. . . . . . . . .18
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Membahas persoalan pendidikan tentunya tidak ada habisnya. Banyak
persoalan pendidikan yang dihadapi, tak luput juga bangsa Indonesia yng kita
cintai ini. Rendahnya mutu pendidikan mulai dari tingkat dasar sampai tingkat
menengah ke atas. Apabila kita bandingkan dengan Negara tetangga, pendidikan
yang ada di Indonesia masih tertinggal. Pendidikan yang ada di Indonesia belum
dapat dikatakan maju, namun masih dalam tingkat berkembang.
Pemerintah Indonesia sudah berupaya untuk meningkatkan mutu
pendidikan Indonesia, akan tetapi masih ada beberapa persoalan yang dihadapi di
Negara Indonesia. Dari tiap-tiap daerah yang ada di Indonesia memiliki
perbedaan permasalahan pendidikan tersendiri. Oleh karena itu, para pelaku
pendidikan berusaha meningkatkan mutu pendidikan.
Karena pada dasarnya model pendidikan setiap tahun berubah. Hal ini
berkaitan dengan adanya arus globalisasi yang harus mengikuti perkembangan
zaman. Apabila pendidikan tersebut berjalan ditempat, tentunya akan jauh tertinggal
dengan model pendidikan baik. Keberhasilan pendidikan tak lepas dari kerja sama
dari para pelaku pendidikan. Banyak hal yang harus diperhatikan bersama
mengenai pendidikan itu sendiri.
Tujuan pendidikan pada tiap-tiap lembaga pendidikan tentunya diperlukan
komitmen dan kerja sama yang baik. Baik itu dari kebijakan lembaga itu sendiri
dan kebijakan pemerintah. Pendidikan yang bermutu tentunya akan menghasilkan output
yang dibutuhkan masyarakat. Proses pembelajarannya pun tidak boleh
diabaikan.
Dalam hal ini, kami menganalisa pemikiran mutu menurut Joseph M. Juran dan W. Edward Deming yang ada di sekolah SD
IT El-Haq yang terletak di Desa Banjarsari Kecamatan Buduran Kabupaten
Sidoarjo.
B.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah merupakan kesenjangan antara yang diharapkan dengan
yang terjadi, sedangkan rumusan masalah adalah suatu pertanyaan yang akan
dicarikan jawaban melalui pengumpulan data.[1]
1. Bagaimana
pemikiran mutu menurut W. Edward
Deming
?
2. Bagaimana pemikiran mutu menurut Joseph M. Juran ?
3. Bagaimana
kerelasi analisa mutu pendidikan yang ada di SD IT El-Haq di Desa Banjarsari
keecamatan Buduran Kabupaten Sidoarjo ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pemikiran Mutu Menurut W. Edward Deming
Karya terpenting W. Edward Deming, Out Of The Crisis,
dipublikasikan pada tahun 1982. Tujuan diterbitkannya buku tersebut adalah
mutlak untuk menstranformasikan gaya manajemen Amerika. Manajemen Amerika
memerlukan struktur baru secara keseluruhan, dari dasar hingga tingkat ke atas.
Deming prihatin terhadap kegagalan manajemen Amerika dalam merencanakan masa
depan dan meramalkan persoalan yang belum muncul. Deming melihat bahwa masalah
mutu muncul terletak pada manajemen.
Masalah utama dalam dunia industri adalah kegagalan manajemen senior dalam
menyusun perencanaan ke depan.[2]
Menurut Deming,
meskipun mutu mencakup kesesuaian antara atribut produk dengan tuntutan
kepuasan konsumen, tetapi mutu harus lebih dari itu. Selanjutnya Deming
menyebutkan ada empat belas poin penting yang perlu dilakukan untuk mencapai
perbaikan mutu, yaitu:
1)
Menciptakan usaha peningkatan produk dan jasa, dengan
tujuan agar bisa kompetitif. Sekolah harus memiliki rencana jangka panjang yang
didasarkan pada visi masa depan dan inovasi baru dan harus secara terus-menerus
berusaha memenuhi kebutuhan pelanggan sekolah;
2)
Mempelajari dan melaksanakan filosofi baru, baik oleh
pemimpin maupun staf. Sekolah tidak akan mampu bersaing jika tetap bertahan
dengan yang ada sekarang, sekolah harus membuat perubahan dan mengadopsi metode
kerja yang baru;
3)
Hindari ketergantungan pada inspeksi masa untuk mencapai
mutu, inspeksi tidak akan menjamin atau meningkatkan mutu. Sekolah perlu
memberikan pelatihan kepada para staf tentang teknik-teknik yang dibutuhkan
untuk meningkat mutu mereka sendiri;
4)
Mengakhiri praktik kegiatan yang menggunakan penghargaan
dengan angka atau uang saja. Harga tidak memiliki arti apa-apa tanpa ukuran
mutu;
5)
Memperbaiki secara konstan dan terus-menerus terhadap
sistem layanan mutu dan produktivitas;
6)
Membudayakan dan melembagakan pendidikan dan pelatihan
untuk perbaikan mutu;
7)
Mengajarkan dan melembagakan kepemimpinan. Kerja
manajemen bukanlah mengawasi, melainkan memimpin dan mendorong proses
peningkatan mutu yang lebih baik;
8)
Menghilangkan rasa takut
agar setiap orang tumbuh kepercayaan dirinya untuk bisa
bekerja secara efektif dan produktif;
9)
Menguraikan kendala-kendala antar bidang atau bagian.
Masing-masing orang dalam bidang yang berbeda harus dapat bekerja sama dalam
sebuah tim yang kompak;
10) Menghilangkan
tekanan-tekanan yang bisa menghambat perkembangan pegawai, sehingga mampu
meningkatkan produktivitas;
11) Menghilangkan
standar kerja yang menggunakan kuota berdasarkan angka-angka (numerik). Bekerja
yang mendasarkan pada kuota numerik akan menyebabkan terjadinya pemotongan dan
penyusutan mutu;
12) Menghilangkan
kendala-kendala yang merampas kebanggaan karyawan akan keahliannya;
13) Melembagakan
program pendidikan yang meningkatkan semangat dan kualitas kerja; dan
14) Menempatkan setiap
orang dalam tim kerja agar dapat melakukan transformasi menuju sebuah kultur mutu.[3]
Menurut Deming, 14 poin tersebut merupakan intisari dari
teori manajemennya. Sementara itu ada lima penyakit yang mematikan. Yang
pertama adalah kurangnya konstannya tujuan. Yang kedua adalah pola pikir jangka
pendek. Penyakit yang ketiga berkaitan dengan evaluasi prestasi individu
melalui proses penilaian atau tinjaun kerja tahunan. Hal ini berbahaya menurut
Deming, karena para karyawan hanya berusaha mengejar prestasi untuk diri
sendiri, bukan untuk sebuah perusahaan.
Penyakit keempat adalah rotasi kerja yang terlalu tinggi.
Hal ini berkaitan dengan guru dalam sebuah lembaga pendidikan tentunya akan
berpengaruh pada konsistensi tujuan jangka panjang.apabila sering terjadi
pergantian guru, tentunya akan berdampak pada kinerja pencapaian tujuan dalam
pendidikan tersebut. Penyakit kelima menurut Deming adalah
manajemen yang menggunakan prinsip angka yang tampak. Hal ini berlaku pada
hasil dari pada pendidikan tersebut yang mana lebih memfokuskan pada hasil yang
berupa nilai. Kesuksesan dalam ujian diukur dengan sebuah nilai. Hal ini pada
dasarnya sudah lumrah pada sebuah industry di Amerika.
Menurut Deming
kegagalan mutu ada dua sebab, yakni secara “umum” dan “khusus”. Sebab-sebab
umum adalah sebab-sebab yang diakibatkan oleh kegagalan system dari internal. Prosesnya dapat dirubah
dari institusi itu sendiri. Dan sebab khusus adalah disebabkan oleh beberapa
faktor eksternal dari. Dari sinilah peran seorang manajer yang memegang kendali
dari pada kegagalan sebuah mutu. Total Quality Manajer (TQM) dari seorang
manajer, bekerja keras, berkomitmen bersama, bertanggung jawab bersama untuk
menyelesaikan sebuah masalah.
B. Pemikiran Mutu
Menurut Joseph M. Juran
Joseph Juran,
seperti halnya Deming, adalah pelopor lain revolusi mutu di Jepang. Juran
termashur dengan keberhasilannya menciptakan “kesesuaian dengan tujuan dan
manfaat”. Ide ini menunjukkan bahwa produk atau jasa yang menghasilkan sudah
memenuhi spesifikasi-spesifikasi, namun belum tentu sesuai dengan tujuan. Menurut Juran mutu adalah kesesuaian untuk penggunaan (fitness for use), ini berarti bahwa
suatu produk atau jasa hendaklah sesuai dengan apa yang diperlukan atau
diharapkan oleh pengguna. Selanjutnya Juran memperkenalkan tiga proses mutu,
yaitu:
1) Perencanaan mutu (quality
planning), meliputi: identitas pelanggan, menentukan kebutuhan pelanggan,
menentukan karakteristik hasil yang merupakan tanggapan terhadap proses
kebutuhan pelanggan, menyusun sasaran mutu, mengembangkan proses yang dapat
menghasilkan produk atau jasa yang sesuai dengan karakteristik tertentu, dan
memperbaiki atau meningkatkan kemampuan proses;
2) Penjaminan mutu (quality
control), terdiri dari: memilih dasar pengendalian, menentukan pengukuran,
menyusun pengukuran, menyusun standar kerja, mengukur kinerja yang
sesungguhnya, menginterpretasikan perbedaan antara standar dengan data nyata
yang terjadi, dan mengambil keputusan atas perbedaan tersebut; dan
3) Perbaikan dan
peningkatan mutu (quality improvement), terdiri dari peningkatan
kebutuhan untuk mengadakan perbaikan, mengidentifikasi proyek untuk
mendiagnosis kesalahan, menemukan penyebab kesalahan, mengadakan
perbaikan-perbaikan, proses yang telah diperbaiki berada dalam kondisi
operasional yang efektif, dan menyediakan pengendalian untuk mempertahankan
perbaikan atau peningkatan yang telah dicapai.
Selanjutnya Juran memperkenalkan manajemen mutu strategis
(strategic quality management), yaitu suatu proses tiga bagian yang
didasarkan pada staf pada tingkat berbeda yang memberi konstribusi unit
terhadap peningkatan mutu. Manajer senior memiliki pandangan strategis tentang
organisasi; manajer menengah memiliki pandangan operasional tentang mutu; dan
para karyawan memiliki tanggung jawab terhadap kontrol mutu.[4]
Juran mengatakan 85 persen masalah-masalah mutu dalam sebuah
organisasi adalah sebuah desain proses yang kurang baik. Sehingga penerapan
system yang benar, akan menghasilkan mutu yang benar.[5]
Segala bentuk permasalahn ditanggung sendiri oleh seorang manajer.
Menurut Juran ada tiga tahap dalam menangani masalah tersebut, yakni:
1.
Manajer
senior
2.
Manajer
menengah
3.
Dan
karyawan.
Dalam menyikapi masalah tersebut secara bertahap, dan secara
keseluruhan diselesaikan sendiri oleh seorang manajer.
C.
Analisa Mutu Pendidikan Yang Ada Di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SD
IT) El-Haq Yang Ada Di Desa Banjarsari Kecamatan Buduran Kab. Sidoarjo
Mutu pendidikan dalam sebuah lembaga pendidikan tentunya
berbeda-beda. Hal ini dikarenakan lembaga tersebut berada dibawah naungan Dinas
pendidikan setempat atau berada di bawah naungan Departemen Agama. Sehingga kebijakan
dalam lembaga pendidikan tersebut bisa berjalan sesuai dengan visi dan misi
yang telah dirumuskan sejak pertama kali didirikan.
Analisa yang kami ambil bersumber pada kepala sekolah SD IT El-Haq,
yakni Achmad Muslimin, M.Pd.I. Beliau sudah menjabat selama tiga tahun
berjalan. Sudah banyak kebijakan-kebijakan yang dibuat, dan mampu berjalan
dengan baik di SD IT El-Haq.
Menurut beliau ada beberapa indikator-indikator sekolah yang
bermutu, yakni :
1.
Secara
kuantitas, jumlah murid bertambah dari tahun ke tahun.
2.
Ditinjau
dari kualitas, hasil pembelajaran yang diberikan guru kepada murid banyak
prestasi yang diraih.
3.
Sarana
dan prasarana terus berkembang.
4.
Guru
memberikan pembelajaran secara maksimal.
Beberapa tahun terakhir ini, SD IT El-Haq jumlah murid selau
bertambah. Hal ini dapat dilihat empat tahun yang lalu, jumlah rombongan
belajar berjumlah dua kelas. Dan ditiga tahun kemarin sudah mencapai tiga
rombongan kelas. Ditiap-tiap kelas berjumlah 30 siswa dan didampingi dua orang
guru.
Seorang guru adalah sebagai motivator kepada siswa-siswanya. Hal
ini menjadi penyemangat tersendiri bagi guru-guru di SD IT El-Haq. Presatasi
yang didapat pun berlimpah. Baik prestasi akademik maupun non akademik.
Kondisi sarana dan prasarana yang ada di SD IT El-Haq cukup baik.
Hal ini dibuktikkan dengan adanya Air Condition (AC) di tiap-tiap kelas. Dan
pembangunan terus berjalan khususnya penambahan jumlah kelas, ruang
Laboratorium bahasa. Perkembangan SARPRAS tidak berjalan dengan cepat, karena
biaya operasinal yang besar. Beberapa pembayaran sekolah khususnya SPP dibuat
model subsidi silang. Apabila ada murid yang tergolongan menengah ke bawah,
akan mendapatkan keringanan.
Peran guru harus maksimal. Seorang guru tidak hanya memberikan
pengetahuan umum saja, namun pengetahuan agamanya juga harus diberikan. Dengan
harapan ilmu dunia dapat dan ilmu akhirat pun dapat. Karena penanaman akhlak
pada siswa lebih baik diberikan sejak dini. Sebagai benteng keimanan kokoh
untuk menegakkan ajaran agama Islam.
Beliau juga memberikan tambahan yang cukup sederhana. Mutu
pendidikan dapat dilihat dari dua aspek, yakni :
1.
Lulusan
diterima dijenjang berikutnya.
2.
Di
lingkungan masyarakat pun dapat diterima.
Dua kalimat yang disampaikan oleh bapak Achmad Muslimin, cukup
sederhana sekali. Akan tetapi, apabila dikaji maknanya pun mendalam. Setiap
lembaga pendidikan yang bermutu pasti menginginkan lulusan siswanya, bisa
diterima di jenjang berikutnya. Dan yang kedua, lembaga pendidikan yang bermutu
dinilai langsung oleh masyarakat. Efek dari sekolah yang bermutu dirasakan oleh
masyarakat langsung.
Visi dan misi dari pada SD IT El-Haq adalah mencetak generasi
Qur’ani berprestasi dan berbudaya lingkungan. Dengan tujuan dan harapan
siswa-siswi SD IT El-Haq mampu menjalankan Al-Qur’an dan Al-Hadist dan berperilaku
cinta lingkungan dalam kehidupan sehari-hari.
a.
Analisa 14 point menurut Deming
No
|
W. Edward Deming
|
Analisa di SD IT El-Haq
|
|
Ya
|
Tidak
|
||
1
|
Menciptakan usaha peningkatan produk dan jasa, dengan tujuan agar bisa
kompetitif. Sekolah harus memiliki rencana jangka panjang yang didasarkan
pada visi masa depan dan inovasi baru dan harus secara terus-menerus berusaha
memenuhi kebutuhan pelanggan sekolah;
|
ü
|
|
2
|
Mempelajari dan melaksanakan filosofi baru, baik oleh pemimpin maupun
staf. Sekolah tidak akan mampu bersaing jika tetap bertahan dengan yang ada
sekarang, sekolah harus membuat perubahan dan mengadopsi metode kerja yang
baru;
|
ü
|
|
3
|
Hindari ketergantungan pada inspeksi masa untuk mencapai mutu, inspeksi
tidak akan menjamin atau meningkatkan mutu. Sekolah perlu memberikan
pelatihan kepada para staf tentang teknik-teknik yang dibutuhkan untuk
meningkat mutu mereka sendiri;
|
ü
|
|
4
|
Mengakhiri
praktik kegiatan yang menggunakan penghargaan dengan angka atau uang saja.
Harga tidak memiliki arti apa-apa tanpa ukuran mutu;
|
|
ü
|
5
|
Memperbaiki
secara konstan dan terus-menerus terhadap sistem layanan mutu dan
produktivitas;
|
ü
|
|
6
|
Membudayakan
dan melembagakan pendidikan
dan pelatihan untuk perbaikan mutu;
|
ü
|
|
7
|
Mengajarkan
dan melembagakan kepemimpinan. Kerja manajemen bukanlah mengawasi, melainkan
memimpin dan mendorong proses peningkatan mutu yang lebih baik;
|
ü
|
|
8
|
Menghilangkan rasa takut agar setiap orang tumbuh kepercayaan dirinya untuk bisa
bekerja secara efektif dan produktif;
|
ü
|
|
9
|
Menguraikan kendala-kendala antar bidang atau bagian. Masing-masing orang
dalam bidang yang berbeda harus dapat bekerja sama dalam sebuah tim yang
kompak;
|
ü
|
|
10
|
Menghilangkan
tekanan-tekanan yang bisa menghambat perkembangan pegawai, sehingga mampu
meningkatkan produktivitas;
|
ü
|
|
11
|
Menghilangkan
standar kerja yang menggunakan kuota berdasarkan angka-angka (numerik).
Bekerja yang mendasarkan pada kuota numerik akan menyebabkan terjadinya
pemotongan dan penyusutan mutu;
|
ü
|
|
12
|
Menghilangkan
kendala-kendala yang merampas kebanggaan karyawan akan keahliannya;
|
ü
|
|
13
|
Melembagakan program pendidikan yang meningkatkan semangat dan kualitas
kerja; dan
|
ü
|
|
14
|
Menempatkan setiap orang dalam tim kerja agar dapat melakukan
transformasi menuju sebuah kultur mutu.
|
ü
|
|
b.
Analisa penyakit mutu Menurut W.
Edward Deming
no
|
Penyakit mutu
Menurut W. Edward
Deming
|
Analisa di
SD IT El-Haq
|
|
Ya
|
tidak
|
||
1
|
kurangnya konstannya tujuan
|
|
ü
|
2
|
pola pikir jangka pendek
|
|
ü
|
3
|
evaluasi prestasi individu
|
ü
|
|
4
|
rotasi kerja yang terlalu tinggi
|
|
ü
|
5
|
manajemen yang
menggunakan prinsip angka yang tampak
|
|
ü
|
c.
Menurut
Deming Kegagalan mutu yang disebabkan oleh dua faktor, yakni umum dan khusus.
Faktor umum, yakni internal daripada
system manajemen itu sendiri dan faktor khusus, yakni eksternal yang yang ada
dalam lembaga pendidikan tersebut, seperti halnya sarana prasarana, tenaga
keguruan dll.
Kepala sekolah SD IT El-Haq pun sependapat dengan kegagalan mutu
menurut Deming. Kedua faktor tersebut
dapat mengahambat dalam mengembangkan sekolah yang bermutu. Apabila terjadi
persoalan, kepala sekolah sebagai seorang manajer bertanggung jawab di bawah
komando kepala yayasan dan diselesaikan secara bersama-sama.
Kepala sekolah SD IT El-Haq mengatakan tidak sependapat dengan apa
yang disampaikan oleh Joseph M.
Juran.
Secara keseluruhan kebijakan-kebijakan hampir ada kesamaan dengan pemikiran
mutu yang digagas oleh Deming.
Dengan
demikian peran seorang manajer sangat dibutuhkan kehadirannya. Sebagai nahkoda
yang memimpin terdepan membawa sekolah menuju yang lebih baik. Sekolah yang
berbasis agama, khususnya agama Islam yang menjadi kebutuhan masyarakat di
zaman sekarang ini.
Bapak
kepala sekolah memberikan gambaran secara umum keunggulan di SD IT El-Haq,
yakni pembelajaran Tahfidz dan mengaji. Kedua program unggulan tersebut menjadi
daya tarik tersendiri bagi masyarakat sekitar. Para orang tua berupaya
menyekolahkan putra-putrinya di SD IT El-Haq. Karena mendapatkan bekal ilmu
mengaji dan hafalan surat-surat pendek, khususnya juz 30. Pada dasarnya target
lulus dari SD IT El-Haq anak-anak sudah mampu menghafal 5 Juz.
Kerja
sama antara pihak sekolah dan orang tua sangat dibutuhkan. Apabila hanya
mengandalkan di sekolah tentunya hasilnya juga belum maksimal. Peran orang tua
di rumah membimbing anak-anak juga sangat penting. Dengan demikian tujuan
pendidikan akan tercapai dengan baik, yakni mencetak generasi qur’ani
berprestasi dan berbudaya lingkungan.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kepala sekolah
SD IT El-Haq pun sependapat dengan kegagalan mutu menurut Deming. Kedua faktor tersebut dapat mengahambat dalam
mengembangkan sekolah yang bermutu. Apabila terjadi persoalan, kepala sekolah
sebagai seorang manajer bertanggung jawab di bawah komando kepala yayasan dan
diselesaikan secara bersama-sama.
Kepala sekolah
SD IT El-Haq mengatakan tidak sependapat dengan apa yang disampaikan oleh Joseph M. Juran. Secara keseluruhan
kebijakan-kebijakan hampir ada kesamaan dengan pemikiran mutu yang digagas oleh
Deming.
Dengan demikian peran seorang manajer
sangat dibutuhkan kehadirannya. Sebagai nahkoda yang memimpin terdepan membawa
sekolah menuju yang lebih baik. Sekolah yang berbasis agama, khususnya agama Islam
yang menjadi kebutuhan masyarakat di zaman sekarang ini.
B. Saran
Oleh
karena itu, kami memberikan saran agar pola manajemen dalam sebuah pendidikan
harus difikir bersama, dan menjadi tanggung jawab bersama pula. Dengan adanya
kerja sama, segala bentuk permasalahan dapat diselesaikan dengan baik. Sehingga
lembaga pendidika tersebut dapat berjalan dengan baik sesuai dengan visi dan
misi.
DAFTAR
ISI
Sugiono,
Metodo Penelitian Pendidikan, (Bandung; Alfabeta, 2008),
Sallis, Edward, Total Quality
Management in Education , (Jogjakarta: IRCiSoI, Cet-7, 2008)
Wawancara dengan kepala sekolah SD IT El-Haq pada hari senin tanggal 14
Desember 2016
PROFIL SEKOLAH
TAHUN PELAJARAN 2016-2017
A.
IDENTITAS
- Nama Sekolah : Sekolah Dasar Islam Terpadu
- Alamat / Desa : Banjarsari
- Kecamatan : Buduran
- Kabupaten : Sidoarjo
- No. Telepon : 031 8012710
- Status Sekolah : Swata
- Akreditasi : A
- Tahun Akreditasi : 2012
- SPP Perbulan : Rp. 175.000,-
- Tahun Pendirian : 2005
- Status : SHM
- Luas Tanah : 3500 m2
- Luas Bangunan : 200 m2
B.
DATA JUMLAH SISWA :
NO
|
Kelas
|
Jumlah Siswa
|
Keterangan
|
1
|
1
|
88
|
|
2
|
2
|
90
|
|
3
|
3
|
56
|
|
4
|
4
|
56
|
|
5
|
5
|
53
|
|
6.
|
6
|
29
|
|
Jumlah
|
372
|
|
C.
JUMLAH RUANG KELAS / ROMBEL :
NO
|
Kelas
|
Jumlah Rombel
|
Keterangan
|
1
|
1
|
3
|
|
2
|
2
|
3
|
|
3
|
3
|
2
|
|
4
|
4
|
2
|
|
5
|
5
|
2
|
|
6.
|
6.
|
1
|
|
Jumlah
|
13
|
|
D. KEADAAN GURU DILIHAT TINGKAT
PENDIDIKAN
NO
|
Keahlian
|
Pendidikan
|
KET
|
||||
SMA
|
D1
|
D2
|
S1
|
S2
|
|
||
1
|
Pendidikan Guru SD
|
|
|
|
1
|
|
|
1
|
Matematika
dan Tematik
|
|
|
|
4
|
|
|
2
|
PA Islam
|
|
|
|
7
|
|
|
3
|
Bahasa Arab
|
|
|
|
6
|
|
|
4
|
Bahasa
Inggris
|
|
|
|
3
|
|
|
5
|
KTK
|
|
|
|
|
|
|
6
|
Pramuka
|
2
|
|
|
|
|
|
8
|
Tapak Suci
|
|
|
|
2
|
|
|
E. DATA GURU TAHUN PELAJARAN 2016-2017 :
- Jumlah Guru : 25 orang
- Guru Tetap Yayasan (GTY) : 20 orang
- Guru Tidak Tetap Yayasan (GTTY) : 5 orang
- Tenaga Tata Usaha : 3 orang
- Satpam dan kebersihan : 3 orang
Sidoarjo, 13 Desember2016

Achmad Muslimin,S.Pd.I
Gambar 1 : Yayasan Pendidikan dan Sosial EL-HAQ

Gambar 2 : Para Guru SD IT EL-HAQ



Tidak ada komentar:
Posting Komentar