Senin, 07 September 2020

KESEDERHANAAN & KESABARAN

 

KESEDERHANAAN & KESABARAN

Allah subhanallahu ta’ala menciptakan manusia berpasang-pasangan. Sebagaimana firman Allah dalam surat  Yasin ayat 36. "Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh Bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui." Dari penciptaan manusia dapat diketahui ada jenis laki-laki dan perempuan. Dari penciptaan hewan, terdapat jenis jantan dan betina. Begitupun juga dengan tumbuhan, Allah subhanallahu ta’ala menciptakan benangsari (alat kelamin jantan) dan putik (alat kelamin betina).

Kemudian di ayat lain dalam Alquran surat an-Nur ayat 26, bahwasanya Allah subhanallahu ta’ala menjodohkan hamba-Nya sesuai dengan cerminan pasangan itu sendiri. Jika seorang laki-laki menginkan perempuan yang shalihah, hendaklah ia mempersiapkan diri shalih terlebih dahulu. Jika seorang perempuan menginginkan laki-laki yang shalih, maka perempuan tersebut juga memperbaiki diri. Namun, terkadang apa yang diinginkan manusia tidak sesuai dengan kenyataannya. Jawaban atas doa yang dipanjatkan kepada Allah subhanallahu ta’ala seolah-seolah tidak adil. Sebagai seorang muslim, tentunya kewajiban ialah berdoa dan dilanjutkan ikhtiar atau usaha. Apapun hasil yang didapat tentu kewajiban sebagai seorang muslim adalah tawakal.

Alkisah ada seorang pasangan suami-istri yang hidup dalam perantauan. Keduanya meninggalkan kampung halaman guna mencari penghidupan yang lebih baik. Kondisi keuangan yang pas-pasan, tak mungkin digunakan untuk kontrak rumah. Memilih tinggal di tempat kos adalah pilihan yang terbaik untuk tempat tinggal mereka. Keduanya masih terhitung sebagai mahasiswa aktif, dan dituntut untuk membagi  waktu sebaik mungkin. Terbayang, kesibukan di pagi hari berangkat kerja, dilanjutkan sore hari berangkat kuliah dan di malam hari menyelesaikan tugas-tugas yang ada di rumah.

Tatkala sudah memiliki buah hati yang semakin cermat dalam membagi waktu disela-sela kesibukan kerja maupun kuliah. Wanita tersebut memiliki kesibukan sebagai pengajar, sedangkan laki-laki tersebut sebagai karyawan swasta di salah satu perusahaan swasta. Dengan bekal keyakinan dan niat ikhlas tujuan menikah semata-mata mengharap ridha Allah subhanallahu ta’ala.

Kesederhanaan hidup bukan gaya hidup adalah prinsipnya. Seperti contoh kecil dalam keseharian, seseorang yang beraktifitas membutuhkan kendaraan bermotor. Berbagai macam tipe maupun model sepeda motor selalu ada yang terbaru. Karena prinsip dalam rumah tangga mereka untuk hidup sederhana, mereka memakai sepeda ontel adalah pilihan yang terbaik. Godaan ataupun tawaran untuk memiliki sepeda motor dengan sistem kredit mereka abaikan, mereka lebih untuk menabung terlebih dahuu. Meskipun hasil tabungan, hanya dapat digunakan untuk membeli sepeda motor bekas. Hutang adalah ikatan yang bisa membuat seseorang tidak tenang, bahkan tidurpun tidak nyenyak. Ada perasaan nyaman dan kepuasan memiliki sepeda motor tanpa riba. Hal ini berlaku pada keinginan apapun, mereka memilih membeli dengan cara tunai. Kalaupun belum ada uang, mereka bersabar dan menabung terlebih dahulu.

Ketika anak-anak sudah sekolah, tentunya kebutuhan hidup juga semakin bertambah. Terlebih dalam pendidikan anak di pesantren atau mondok. Puluhan juta rupiah yang harus dipersiapkan saat itu, belum lagi dengan kebutuhan yang secara bersamaan. Komunikasi yang baik dalam rumah tangga baik suami maupun istri sangat dibutuhkan. Berangkat dari niat menikah, menjalin rumah tangga hanya mengharap ridha dari Allah subhanallahu ta’ala. Tidak ada  masalah yang tidak dapat diselesaiakan. Segala bentuk permasalahan selalu melibatkan Allah subhanallahu ta’la dzat pemilik dan pengatur kehidupan alam semesta. Diiringi dengan amalan-amalan yang sesuai dengan tuntunan Rasulullah shallahu alaihi wassalam. Rajin puasa sunnah senin-kamis, shalah dhuha maupun shalat tahajud tak terlewatkan dalam kesehariannya. Kemudahan, kelancaran dalam mencari rejeki serta selalu sehat sekeluarga adalah nikmat dan karunia Allah subhanallau ta’ala.

Keinginan memiliki kendaraan roda empat, yang sebelumnya tidak pernah terfikirkan oleh keluarga tersebut. Keluh kesah meraka sampaikan, lewat do’a kepada Allah subhanallahu ta’ala. Hingga dipertemukan dengan penjual yang ramah, jujur dan dari lingkungan keluarga yang taat beragama. Tanpa disadari, itu semua adalah rizki yang Allag berikan kepada hamba-Nya. Kemudian niat untuk mendaftar haji, dapat memenuhi keinginan tersebut. Mereka berkeyakinan bahwa tidak perlu perhitungan dalam beramal, berikan yang banyak dan terbaik untuk Allah subhanallau ta’ala. In shaa Allah, Allah subhanallahu ta’ala akan membalas dengan balasan yang lebih banyak lagi. Fokus pada tujuan hidup, akhirat yang lebih diutamakan.

Lukisan kisah perjuagan hidup dari keluarga sederhana. Tidak berlebihan dalam memenuhi kebetuhan dan senantiasa bersikap. Segala bentuk permasalahan hidup, senantiasa memohon petunjuk kepada Allah subhanallahu ta’ala. Dengan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.

Selasa, 01 September 2020

Tantangan Pembelajaran Tahfidz dan Tilawah Secara Virtual di Masa Pandemi


Virus corona atau covid-19 telah menjadi ancaman di seluruh negara. Hal ini disebabkan, penyebaran virus tersebut sudah tidak dapat dikendalikan lagi. Berbagai macam sektor kehidupan mengalami dampaknya. Mulai dari sektor ekonomi, social, budaya, pariwisata maupun pendidikan. Berbagai upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk memutus rantai penyebaran tersebut, mulai dari perkantoran ditutup berganti dengan work from home (WFH), menjaga jarak dan senantiasa menjaga pola hidup bersih dengan rajin mencuci tangan.

Peran pemerintah dalam menghadapi pandemi tersebut sangat diharapkan. Seperti halnya dalam dunia pendidikan, kebijakan pemerintah untuk menekan penyebaran virus tersebut dengan meniadakan kegiatan belajar dan mengajar di sekolah. Belajar adalah kebutuhan wajib bagi siswa yang duduk di sekolah tingkat dasar sampai perguruan tinggi. Anak-anak yang sebelumnya belajar di sekolah secara tatap muka (off line), saat ini berganti dengan system belajar secara virtual atau daring (dalam jaringan). Dengan demikian, berdampak juga terhadap aktifitas guru selama melaksanakan proses pembelajaran. Bagi seorang guru, proses pembelajaran secara online menjadi sebuah tantangan yang harus dilakukan. Demi masa depan anak-anak Indonesia agar tetap mendapatkan ilmu dan dapat bersaing secara tingkat nasional maupun internasional.

Pelaksanaan proses pembelajaran jarak jauh atau secara virtual tentunya dibutuhkan kerja sama yang baik antara guru dengan orang tua siswa. Sebagai orangtua diharapkan mendapingi anaknya selama di rumah. Namun, tidak semua orangtua dapat mendampingi anakanya selama proses pembelajaran di rumah, dikarenakan orangtua juga sibuk dengan pekerjaaan. Di samping itu juga, tidak semua orangtua mampu menguasai internet. Begitupun juga dengan seorang guru, tidak semua guru dapat menguasai internet yang berkembang saat ini.

Beberapa factor yang menyebabkan seseorang tidak mampu menguasai internet, antara lain :

1.    Wilayah geografis

Kondisi disetiap daerah yang ada di Indonesia beragam, ada perkotaan dan ada juga pedesaan. Kondisi di wilayah di perkotaan umumnya sudah mampu mengakses internet, sehingga masyarakat yang tinggal mampu menguasai teknologi internet. Namun, berbanding terbalik dengan masyarakat yang tinggal di pedesaan. Tidak semua masyarakat yang tinggal di pedesaan mengetahui internet, hanya sebagian saja yang dapat mengetahui dan menguasai teknologi internet.

2.    Keterbatasan biaya

Kebutuhan hidup yang harus dipenuhi tentunya membutuhkan biaya. Termasuk juga dalam kebutuhan internet, yang fungsinya dapat digunakan untuk mengakses informasi, bisnis dan mempermudahkan pekerjaan di kantor. Masyarakat yang tinggal di perkotaan tentunya membutuhkan fasilitas internet lebih besar. Namun berbeda halnya dengan masyarakat yang tinggal di pedesaan yang masih jarang menggunakan internet untuk aktifitas keseharian mereka.

3.    Gagap internet

Bagi sebagian orang ada yang belum mengetahui fungsi dari kegunaan internet. ketika mereka diminta untuk menggunakan fasilitas internet, sebagian masyarakat tidak berani bahkan takut untuk memakai fasilitas internet tersebut.

Adapun sarana dan prasarana yang ada disetiap lembaga pendidikan yang ada di Indonesia tidaklah sama. Lembaga pendidikan yang ada diperkotaan dan yang ada di pedesaan juga memiliki perbedaan. Umumnya lembaga pendidikan yang ada di perkotaan mampu menyediakan fasilitas sarana dan prasarana yang cukup, yakni termasuk adanya fasilitas internet. Akan tetapi, berbanding terbalik dengan lembaga pendidikan yang ada di pedesaan. Rata-rata masyarakat yang tinggal di pedesaan secara keseluruhan belum mengikuti perkembangan teknologi saat sekarang ini. Adanya keterbatasan baik dari Sumber Daya Manusia (SDM) mapun Sumber Daya Alam (SDA). Hal ini harus disikapi dengan bijak, karena menjadi tantangan tersendiri bagi guru, orang tua, siswa dan lembaga pendidikan selama ada pandemi tersebut.

Dalam dunia pendidikan terdapat istilah stakeholder sekolah. Secara sederhananya stakeholder sekolah adalah masyarakat sekolah yang turut aktif baik secara langsung maupun tidak langsung merencanakan, menjalankan serta mengawasi program kegiatan yang ada di sekolah. Para pemangku kepentingan yang peduli akan pendidikan baik orangtua, komite atau peran pemerintah yang terkait dengan pendidikan. Oleh karena, dibutuhkan kerja sama dan komitmen yang sungguh-sungguh untuk memajukan mutu pendidikan khususnya yang ada di Indonesia.

Kebijakan pemerintah yang mengharuskan anak-anak untuk belajar dari rumah dengan system daring. Lembaga pendidikan formal, nonformal ataupun informal juga harus mengikuti kebijakan pemerintah. Dengan adanya kebijakan pemerintah tersebut, diharapkan mampu meminimalisir korban akibat pandemi covid-19. Hal ini dikarenakan anak-anak mudah rentan, dan memiliki resiko yang tinggi terhadap penularan dan penyebaran virus tersebut. Lembaga pendidikan berupaya menyiapkan kurikulum pembelajaran, menyesuaikan situasi dan kondisi yang terjadi saat sekarang ini.

Di lembaga pendidikan yang notabene berbasis Islam, tentunya  berdiri sendiri dan mandiri di bawah naungan yayasan. Meskipun ada sebagian sekolah yang berbasis Islam di bawah naungan pemerintah. Lembaga pendidikan Islam yang bergerak secara mandiri, tentunya membutuhkan financial yang kuat. Terlebih disaat terjadi pandemic covid-19. Sekolah-sekolah Islam yang memiliki program keunggulan khususnya tilawah dan tahfidz, tidak dapat melaksanakan program unggulan tersebut secara maksimal. Ada beberapa kendala yang terjadi, ketika lembaga pendidikan Islam tidak dapat melaksnakan program unggulan tahfidz dan tilawah. Berikut ini beberapa kendala yang terjadi di lembaga pendidikan Islam, antara lain sebagai berikut :

 1.            Kejujuran

Salah satu factor kesuksesan seseorang adalah dapat dilihat dari sikap jujur. Kondisi yang terjadi akibat adanya pandemic, pembelajaran tidak dapat dilakukan secara offline atau secara tatap muka dapat dimanfaatkan oleh sebagian anak-anak. Anak yang tidak jujur memanfaatkan setoran hafalan dan tilawah dengan membawa mushaf Alquran yang diselipkan di samping handphone. Hal ini dapat dilihat pandangan atau tatapan mata ketika setoran tahfidz dan tilawah. Adapula sebagian orangtua yang memberikan bisikan halus kepada anaknya, ketika setoran hafalan dan tilawah kepada guru atau ustadznya. Yang seharusnya orangtua mendampingi dengan baik, namun bersikap sebaliknya dengan memberikan contoh sikap yang tidak baik kepada anaknya.

 2.            Koneksi atau jaringan internet

Pembelajaran dengan sistem online atau dalam jaringan (daring) memiliki kendala, salah satunya adalah factor koneksi atau jaringan internet. Termasuk juga dalam pembelajaran menyimak setoran hafalan atau tahfidz dan tilawah Alquran dengan sistem online terdapat kekurangannya. Seorang guru tidak dapat melihat secara jelas, makhorijul huruf atau tempat keluarnya huruf yang dibaca oleh anak-anak. Karena seorang guru membutuhkan penilaian yang objektif ketika menyimak setoran hafalan dan tilawah.

Kondisi wilayah atau daerah tempat tinggal anak-anak tidaklah sama. Ada yang tinggal di daerah perkotaan dan ada juga yang tinggal di daerah pedesaan. Daerah yang dapat dijangkau dengan fasilitas atau jaringan internet dapat melakukan vidiocall dengan lancar. Sebaliknya, daerah yang tidak dapat dijangkau dengan fasilitas jaringan internet tidak dapat melakukan vidiocall dengan baik. Sehingga guru tidak dapat menyimak setoran tahfidz dan tilawah dengan baik. Dan untuk daerah yang dapat dijangkau dengan fasilitas jaringan internet menentukan kualitas gambar dan suara ketika melakukan vidiocall tahfidz dan tilawah. Sehingga seorang guru dapat menyimak suara anak-anak dengan jelas.

 3.            Tugas sekolah

Terdapat beberapa mata pelajaran yang diajarkan di sekolah, di antaranya adalah berhitung, ilmu alam, ilmu sosial, keagamaan, kesenian, bahasa maupun ekstra kurikuler. Dalam kondesi pandemic, pembelajaran virtual di lembaga pendidikan Islam yang memiliki program unggulan tahfidz dan tilawah tidak dapat berjalan secara maksimal. Hal ini disebabkan, anak-anak juga harus membagi waktu untuk pembelajaran virtual atau secara online dengan mata pelajaran yang lain. Ketika kondisi normal, pembelajaran tahfidz dan mengaji dapat dilakukan pagi hari diwaktu jam sekolah. Akan tetapi disaat pandemi, jadwal pembelajaran virtual tahfidz dan mengaji hanya terbatas. Tugas mata pelajaran yang lain harus segera diselesaikan, sehingga waktu setoran tahfidz dan tilawah dilakukan seminggu dua kali bahkan seminggu sekali saja.

 4.            Waktu

Ada sebagian orangtua yang memiliki kesibukan di luar rumah. Bahkan keduanya baik ayah maupun ibu juga sama-sama sibuk bekerja. Orangtua yang sibuk dengan pekerjaan, memiliki sedikit waktu untuk mendampingi anaknya selama di rumah. Jadwal pembelajaran setoran tahfidz dan tilawah yang sudah dibagikan guru kepada anak-anak tidak terbaca di smartphone orangtua. Kondisi waktu yang diharuskan orang tua untuk menyelesaikan pekerjaan bertabrakan degan jadwal anak untuk setoran tahfidz dan tilawah. Dengan demikian, sebagai orangtua hendaklah bijak dalam menyikapi waktu belajar anak selama di rumah.

 5.            Tidak memiliki smartphone

Salah satu kebutuhan yang tidak bisa ditinggalkan adalah tidak bisa lepas dengan benda yang bernama smartphone. Sebuah benda yang berukuran kecil, yang memiliki manfaat luar biasa tatkala digunakan secara bijak. Dapat digunakan untuk mengakses informasi secara luas, untuk bisbis dan untuk penunjang dalam belajar. Dalam kondisi pandemi saat sekarang ini, smartphone menjadi kebutuhan wajib yang harus dimiliki siswa. Baik yang duduk di sekolah tingkat dasar sampai perguruan tinggi. Anak-anak dan orangtua juga membutuhkan smartphone untuk mempermudahkan aktifitasnya. Akan tetapi, tidak semua orangtua memiliki smartphone sejumlah keluarga yang ada di dalam rumah. Sehingga anak-anak yang melakukan pembelajaran untuk setoran tahfidz dan tilawah harus bergantian dengan kakak ataupun dengan adiknya. Bahkan yang lebih parah lagi, orangtua tidak memiliki smartphone sama sekali.

 6.            Biaya

Kebutuhan hidup dalam keluarga beragam. Ada keluarga yang dapat memenuhi kebutuhan rumah tangga dengan sederhana, dan adapula yang memenuhi kebutuhan rumah tangga dengan mewah. Apalagi disaat pandemi, kebutuhan tetap bahkan cenderung meningkat. Di sisi lain banyak pekerja yang kehilangan mata pencahariannya. Sehingga kebutuhan untuk pendidikan anak juga terganggu. Untuk pasang wifi di rumah, kuatir tidak mampu membayar biaya bulanannya. Kemudian dialokasikan untuk pembelian kuota internet smartphone, harganya juga tidak murah. Hal ini menjadi dilemma bagi sebagian orangtua, ketika tuntutan dari sekolah untuk pembelajaran tahfidz dan mengaji dilakukan secara virtual.

 

Kebijaran yang sudah ditetapkan oleh pemerintah, kemudian direalisasikan ke tiap-tiap satuan lembaga pendidikan memiliki keberagaman tingkat masalahnya. Beberapa kendala yang terjadi di lapangan tidaklah sama, antara lembaga satu dengan lembaga yang lain. Hal ini dapat dilihat dari persiapan lembaga pendidikan dalam menyediakan sarana dan prasarana untuk menunjang pembelajaran secara virtual. Harapannya, pemerintah mampu untuk memberikan solusi yang terbaik dengan adanya sistem pembelajaran secara virtual atau daring tersebut.

Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh lembaga pendidikan Islam untuk meminimalisir kendala-kendala yang terjadi selama pembelajaran virtual untuk tahfidz dan tilawah, antara lain sebagai berikut :

1.      Menyiapkan anggaran sekolah secara cermat selama adanya pandemi tersebut. Dengan mengalokasikan anggaran untuk kebutuhan yang sifatnya terlebih dahulu. Dan untuk kebutuhan sekolah yang dirasa tidak terlalu dibutuhkan dapat minimalisir. Hal ini menyangkut tarif SPP sekolah yang dibebankan kepada orangtua siswa.

2.      Menyiapkan kurikulum unggulan tahfidz dan tilawah lebih diutamakan. Hal ini sesuai dengan identitas sekolah Islam yang memiliki keunggulan di bidang agama. Kebiasaan membaca dan menghafal Alquran yang sebelumnya dilakukan setiap hari di jam sekolah, ketika ada pandemi diupayakan tetap berjalan seperti biasanya. Meskipun dengan durasi yang singkat, anak-anak dapat menjaga kebiasaan positif tersebut dengan baik.

3.      Menyediakan atau menambah fasilitas internet yang ada di lembaga sekolah. Hal ini berkaitan dengan jumlah pengguna jaringan internet. Pada awalnya kebijakan pemerintah  meminta juga kepada guru, untuk  melakukan pembelajaran virtual di rumah. Dan kebijakan tersebut berganti, dengan mengizinkan guru  saja yang boleh masuk ke sekolah. Oleh karena itu, untuk menunjang kelancaran pembelajaran virtual tahfidz dan tilawah dapat menambah fasilitas internet di sekolah.

4.      Memanfaatkan dan media sosial yang berkembang saat sekarang ini. Ada beberapa media sosial yang dapat digunakan untuk pembelajaran secara virtual, yakni dengan membuat group whattshap, telegram, facebook. Ada juga aplikasi media sosial yang lainnya seperti membuat channel youtube sekolah, instagram ataupun aplikasi zoom meeting. Dengan berkembangnya teknologi, seorang guru juga dituntut untuk mengikuti perkembangan zaman. Dengan tujuan pembelajaran yang dilakukan secara virtual tersebut dapat berjalan efektif dan efesien.

5.      Pemberian tugas-tugas sekolah diharapkan tidak terlau memberatkan anak-anak. Hal ini bertujuan agar anak-anak tidak stress ataupun jenuh dengan banyaknya tugas mata pelajaran di sekolah. Dengan komitmen lembaga pendidikan Islam, untuk tetap menjaga kualitas pembelajaran tahfidz dan tilawah anak-anak.

6.      Motivasi yang senantiasa diberikan ke anak-anak agar tetap semangat dan tak kenal lelah untuk belajar. Khususnya dalam lembaga pendidikan Islam, motivasi yang dapat diberikan ke anak-anak adalah berusaha untuk tetap istiqomah membaca, menghafal dan menjalankan isi kandungan ayat-ayat Alquran dalam kehidupan sehari-hari.

 

Tantangan dalam dunia pendidikan pasti ada dimanapun dan kapanpun. Pembelajaran secara langsung atau bertatap muka dengan sistem pembelajaran secara virtual terasa berbeda sekali. Karena belajar dengan bertemu guru secara langsung, memberikan suasana yang berbeda. Dengan sentuhan kasih sayang yang diberikan guru kepada anak-anak dapat memberikan semangat dan energy yang luar biasa ketika belajar di sekolah.  Seluruh masyarakat sekolah bahu-membahu untuk bekerja sama dalam  meningkatkan mutu pelayanan dan pembelajaran yang ada di sekolah. Mulai dari peran pemerintah, pemilik yayasan sekolah, kepala sekolah, guru, orangtua, siswa maupun komite sekolah. Sebagai pribadi muslim yang taat beribadah kepada Allah Subhanallahu ta’ala, hendaklah senantiasa berdoa memohon ampun dan perlindungan terhadap wabah covid 19.