Virus
corona atau covid-19 telah menjadi ancaman di seluruh negara. Hal ini
disebabkan, penyebaran virus tersebut sudah tidak dapat dikendalikan lagi.
Berbagai macam sektor kehidupan mengalami dampaknya. Mulai dari sektor ekonomi,
social, budaya, pariwisata maupun pendidikan. Berbagai upaya yang dilakukan
oleh pemerintah untuk memutus rantai penyebaran tersebut, mulai dari
perkantoran ditutup berganti dengan work from home (WFH), menjaga jarak dan
senantiasa menjaga pola hidup bersih dengan rajin mencuci tangan.
Peran
pemerintah dalam menghadapi pandemi tersebut sangat diharapkan. Seperti halnya
dalam dunia pendidikan, kebijakan pemerintah untuk menekan penyebaran virus
tersebut dengan meniadakan kegiatan belajar dan mengajar di sekolah. Belajar
adalah kebutuhan wajib bagi siswa yang duduk di sekolah tingkat dasar sampai
perguruan tinggi. Anak-anak yang sebelumnya belajar di sekolah secara tatap
muka (off line), saat ini berganti dengan system belajar secara virtual atau
daring (dalam jaringan). Dengan demikian, berdampak juga terhadap aktifitas
guru selama melaksanakan proses pembelajaran. Bagi seorang guru, proses pembelajaran
secara online menjadi sebuah tantangan yang harus dilakukan. Demi masa depan
anak-anak Indonesia agar tetap mendapatkan ilmu dan dapat bersaing secara
tingkat nasional maupun internasional.
Pelaksanaan
proses pembelajaran jarak jauh atau secara virtual tentunya dibutuhkan kerja
sama yang baik antara guru dengan orang tua siswa. Sebagai orangtua diharapkan
mendapingi anaknya selama di rumah. Namun, tidak semua orangtua dapat
mendampingi anakanya selama proses pembelajaran di rumah, dikarenakan orangtua
juga sibuk dengan pekerjaaan. Di samping itu juga, tidak semua orangtua mampu
menguasai internet. Begitupun juga dengan seorang guru, tidak semua guru dapat
menguasai internet yang berkembang saat ini.
Beberapa
factor yang menyebabkan seseorang tidak mampu menguasai internet, antara lain :
1.
Wilayah geografis
Kondisi disetiap daerah yang ada di Indonesia beragam, ada
perkotaan dan ada juga pedesaan. Kondisi di wilayah di perkotaan umumnya sudah
mampu mengakses internet, sehingga masyarakat yang tinggal mampu menguasai
teknologi internet. Namun, berbanding terbalik dengan masyarakat yang tinggal
di pedesaan. Tidak semua masyarakat yang tinggal di pedesaan mengetahui
internet, hanya sebagian saja yang dapat mengetahui dan menguasai teknologi
internet.
2.
Keterbatasan biaya
Kebutuhan hidup yang harus dipenuhi tentunya membutuhkan biaya.
Termasuk juga dalam kebutuhan internet, yang fungsinya dapat digunakan untuk
mengakses informasi, bisnis dan mempermudahkan pekerjaan di kantor. Masyarakat
yang tinggal di perkotaan tentunya membutuhkan fasilitas internet lebih besar.
Namun berbeda halnya dengan masyarakat yang tinggal di pedesaan yang masih
jarang menggunakan internet untuk aktifitas keseharian mereka.
3.
Gagap internet
Bagi sebagian orang ada yang belum mengetahui fungsi dari kegunaan
internet. ketika mereka diminta untuk menggunakan fasilitas internet, sebagian
masyarakat tidak berani bahkan takut untuk memakai fasilitas internet tersebut.
Adapun sarana dan prasarana yang ada
disetiap lembaga pendidikan yang ada di Indonesia tidaklah sama. Lembaga
pendidikan yang ada diperkotaan dan yang ada di pedesaan juga memiliki
perbedaan. Umumnya lembaga pendidikan yang ada di perkotaan mampu menyediakan
fasilitas sarana dan prasarana yang cukup, yakni termasuk adanya fasilitas
internet. Akan tetapi, berbanding terbalik dengan lembaga pendidikan yang ada
di pedesaan. Rata-rata masyarakat yang tinggal di pedesaan secara keseluruhan
belum mengikuti perkembangan teknologi saat sekarang ini. Adanya keterbatasan
baik dari Sumber Daya Manusia (SDM) mapun Sumber Daya Alam (SDA). Hal ini harus
disikapi dengan bijak, karena menjadi tantangan tersendiri bagi guru, orang
tua, siswa dan lembaga pendidikan selama ada pandemi tersebut.
Dalam dunia pendidikan terdapat
istilah stakeholder sekolah. Secara sederhananya stakeholder sekolah adalah
masyarakat sekolah yang turut aktif baik secara langsung maupun tidak langsung
merencanakan, menjalankan serta mengawasi program kegiatan yang ada di sekolah.
Para pemangku kepentingan yang peduli akan pendidikan baik orangtua, komite
atau peran pemerintah yang terkait dengan pendidikan. Oleh karena, dibutuhkan
kerja sama dan komitmen yang sungguh-sungguh untuk memajukan mutu pendidikan
khususnya yang ada di Indonesia.
Kebijakan pemerintah yang
mengharuskan anak-anak untuk belajar dari rumah dengan system daring. Lembaga
pendidikan formal, nonformal ataupun informal juga harus mengikuti kebijakan
pemerintah. Dengan adanya kebijakan pemerintah tersebut, diharapkan mampu
meminimalisir korban akibat pandemi covid-19. Hal ini dikarenakan anak-anak
mudah rentan, dan memiliki resiko yang tinggi terhadap penularan dan penyebaran
virus tersebut. Lembaga pendidikan berupaya menyiapkan kurikulum pembelajaran,
menyesuaikan situasi dan kondisi yang terjadi saat sekarang ini.
Di lembaga pendidikan yang notabene
berbasis Islam, tentunya berdiri sendiri
dan mandiri di bawah naungan yayasan. Meskipun ada sebagian sekolah yang
berbasis Islam di bawah naungan pemerintah. Lembaga pendidikan Islam yang
bergerak secara mandiri, tentunya membutuhkan financial yang kuat. Terlebih
disaat terjadi pandemic covid-19. Sekolah-sekolah Islam yang memiliki program
keunggulan khususnya tilawah dan tahfidz, tidak dapat melaksanakan program unggulan
tersebut secara maksimal. Ada beberapa kendala yang terjadi, ketika lembaga
pendidikan Islam tidak dapat melaksnakan program unggulan tahfidz dan tilawah.
Berikut ini beberapa kendala yang terjadi di lembaga pendidikan Islam, antara
lain sebagai berikut :
1.
Kejujuran
Salah satu factor kesuksesan
seseorang adalah dapat dilihat dari sikap jujur. Kondisi yang terjadi akibat
adanya pandemic, pembelajaran tidak dapat dilakukan secara offline atau secara
tatap muka dapat dimanfaatkan oleh sebagian anak-anak. Anak yang tidak jujur
memanfaatkan setoran hafalan dan tilawah dengan membawa mushaf Alquran yang
diselipkan di samping handphone. Hal ini dapat dilihat pandangan atau tatapan
mata ketika setoran tahfidz dan tilawah. Adapula sebagian orangtua yang
memberikan bisikan halus kepada anaknya, ketika setoran hafalan dan tilawah
kepada guru atau ustadznya. Yang seharusnya orangtua mendampingi dengan baik,
namun bersikap sebaliknya dengan memberikan contoh sikap yang tidak baik kepada
anaknya.
2.
Koneksi atau jaringan internet
Pembelajaran dengan sistem online
atau dalam jaringan (daring) memiliki kendala, salah satunya adalah factor
koneksi atau jaringan internet. Termasuk juga dalam pembelajaran menyimak
setoran hafalan atau tahfidz dan tilawah Alquran dengan sistem online terdapat kekurangannya.
Seorang guru tidak dapat melihat secara jelas, makhorijul huruf atau tempat
keluarnya huruf yang dibaca oleh anak-anak. Karena seorang guru membutuhkan
penilaian yang objektif ketika menyimak setoran hafalan dan tilawah.
Kondisi wilayah atau daerah tempat
tinggal anak-anak tidaklah sama. Ada yang tinggal di daerah perkotaan dan ada
juga yang tinggal di daerah pedesaan. Daerah yang dapat dijangkau dengan
fasilitas atau jaringan internet dapat melakukan vidiocall dengan lancar. Sebaliknya,
daerah yang tidak dapat dijangkau dengan fasilitas jaringan internet tidak
dapat melakukan vidiocall dengan baik. Sehingga guru tidak dapat menyimak
setoran tahfidz dan tilawah dengan baik. Dan untuk daerah yang dapat dijangkau
dengan fasilitas jaringan internet menentukan kualitas gambar dan suara ketika
melakukan vidiocall tahfidz dan tilawah. Sehingga seorang guru dapat menyimak
suara anak-anak dengan jelas.
3.
Tugas sekolah
Terdapat beberapa mata pelajaran
yang diajarkan di sekolah, di antaranya adalah berhitung, ilmu alam, ilmu
sosial, keagamaan, kesenian, bahasa maupun ekstra kurikuler. Dalam kondesi
pandemic, pembelajaran virtual di lembaga pendidikan Islam yang memiliki
program unggulan tahfidz dan tilawah tidak dapat berjalan secara maksimal. Hal
ini disebabkan, anak-anak juga harus membagi waktu untuk pembelajaran virtual
atau secara online dengan mata pelajaran yang lain. Ketika kondisi normal,
pembelajaran tahfidz dan mengaji dapat dilakukan pagi hari diwaktu jam sekolah.
Akan tetapi disaat pandemi, jadwal pembelajaran virtual tahfidz dan mengaji
hanya terbatas. Tugas mata pelajaran yang lain harus segera diselesaikan,
sehingga waktu setoran tahfidz dan tilawah dilakukan seminggu dua kali bahkan
seminggu sekali saja.
4.
Waktu
Ada sebagian orangtua yang memiliki
kesibukan di luar rumah. Bahkan keduanya baik ayah maupun ibu juga sama-sama
sibuk bekerja. Orangtua yang sibuk dengan pekerjaan, memiliki sedikit waktu
untuk mendampingi anaknya selama di rumah. Jadwal pembelajaran setoran tahfidz
dan tilawah yang sudah dibagikan guru kepada anak-anak tidak terbaca di
smartphone orangtua. Kondisi waktu yang diharuskan orang tua untuk
menyelesaikan pekerjaan bertabrakan degan jadwal anak untuk setoran tahfidz dan
tilawah. Dengan demikian, sebagai orangtua hendaklah bijak dalam menyikapi
waktu belajar anak selama di rumah.
5.
Tidak memiliki smartphone
Salah satu kebutuhan yang tidak bisa
ditinggalkan adalah tidak bisa lepas dengan benda yang bernama smartphone. Sebuah
benda yang berukuran kecil, yang memiliki manfaat luar biasa tatkala digunakan
secara bijak. Dapat digunakan untuk mengakses informasi secara luas, untuk
bisbis dan untuk penunjang dalam belajar. Dalam kondisi pandemi saat sekarang
ini, smartphone menjadi kebutuhan wajib yang harus dimiliki siswa. Baik yang
duduk di sekolah tingkat dasar sampai perguruan tinggi. Anak-anak dan orangtua
juga membutuhkan smartphone untuk mempermudahkan aktifitasnya. Akan tetapi,
tidak semua orangtua memiliki smartphone sejumlah keluarga yang ada di dalam
rumah. Sehingga anak-anak yang melakukan pembelajaran untuk setoran tahfidz dan
tilawah harus bergantian dengan kakak ataupun dengan adiknya. Bahkan yang lebih
parah lagi, orangtua tidak memiliki smartphone sama sekali.
6.
Biaya
Kebutuhan hidup dalam keluarga
beragam. Ada keluarga yang dapat memenuhi kebutuhan rumah tangga dengan
sederhana, dan adapula yang memenuhi kebutuhan rumah tangga dengan mewah.
Apalagi disaat pandemi, kebutuhan tetap bahkan cenderung meningkat. Di sisi
lain banyak pekerja yang kehilangan mata pencahariannya. Sehingga kebutuhan
untuk pendidikan anak juga terganggu. Untuk pasang wifi di rumah, kuatir tidak
mampu membayar biaya bulanannya. Kemudian dialokasikan untuk pembelian kuota
internet smartphone, harganya juga tidak murah. Hal ini menjadi dilemma bagi
sebagian orangtua, ketika tuntutan dari sekolah untuk pembelajaran tahfidz dan
mengaji dilakukan secara virtual.
Kebijaran yang sudah ditetapkan oleh
pemerintah, kemudian direalisasikan ke tiap-tiap satuan lembaga pendidikan
memiliki keberagaman tingkat masalahnya. Beberapa kendala yang terjadi di
lapangan tidaklah sama, antara lembaga satu dengan lembaga yang lain. Hal ini
dapat dilihat dari persiapan lembaga pendidikan dalam menyediakan sarana dan
prasarana untuk menunjang pembelajaran secara virtual. Harapannya, pemerintah
mampu untuk memberikan solusi yang terbaik dengan adanya sistem pembelajaran
secara virtual atau daring tersebut.
Beberapa hal yang dapat dilakukan
oleh lembaga pendidikan Islam untuk meminimalisir kendala-kendala yang terjadi selama
pembelajaran virtual untuk tahfidz dan tilawah, antara lain sebagai berikut :
1.
Menyiapkan anggaran sekolah secara cermat selama adanya pandemi
tersebut. Dengan mengalokasikan anggaran untuk kebutuhan yang sifatnya terlebih
dahulu. Dan untuk kebutuhan sekolah yang dirasa tidak terlalu dibutuhkan dapat
minimalisir. Hal ini menyangkut tarif SPP sekolah yang dibebankan kepada
orangtua siswa.
2.
Menyiapkan kurikulum unggulan tahfidz dan tilawah lebih diutamakan.
Hal ini sesuai dengan identitas sekolah Islam yang memiliki keunggulan di
bidang agama. Kebiasaan membaca dan menghafal Alquran yang sebelumnya dilakukan
setiap hari di jam sekolah, ketika ada pandemi diupayakan tetap berjalan
seperti biasanya. Meskipun dengan durasi yang singkat, anak-anak dapat menjaga
kebiasaan positif tersebut dengan baik.
3.
Menyediakan atau menambah fasilitas internet yang ada di lembaga
sekolah. Hal ini berkaitan dengan jumlah pengguna jaringan internet. Pada
awalnya kebijakan pemerintah meminta
juga kepada guru, untuk melakukan
pembelajaran virtual di rumah. Dan kebijakan tersebut berganti, dengan
mengizinkan guru saja yang boleh masuk
ke sekolah. Oleh karena itu, untuk menunjang kelancaran pembelajaran virtual
tahfidz dan tilawah dapat menambah fasilitas internet di sekolah.
4.
Memanfaatkan dan media sosial yang berkembang saat sekarang ini.
Ada beberapa media sosial yang dapat digunakan untuk pembelajaran secara virtual,
yakni dengan membuat group whattshap, telegram, facebook. Ada juga aplikasi
media sosial yang lainnya seperti membuat channel youtube sekolah, instagram
ataupun aplikasi zoom meeting. Dengan berkembangnya teknologi, seorang guru
juga dituntut untuk mengikuti perkembangan zaman. Dengan tujuan pembelajaran
yang dilakukan secara virtual tersebut dapat berjalan efektif dan efesien.
5.
Pemberian tugas-tugas sekolah diharapkan tidak terlau memberatkan
anak-anak. Hal ini bertujuan agar anak-anak tidak stress ataupun jenuh dengan
banyaknya tugas mata pelajaran di sekolah. Dengan komitmen lembaga pendidikan
Islam, untuk tetap menjaga kualitas pembelajaran tahfidz dan tilawah anak-anak.
6.
Motivasi yang senantiasa diberikan ke anak-anak agar tetap semangat
dan tak kenal lelah untuk belajar. Khususnya dalam lembaga pendidikan Islam,
motivasi yang dapat diberikan ke anak-anak adalah berusaha untuk tetap
istiqomah membaca, menghafal dan menjalankan isi kandungan ayat-ayat Alquran
dalam kehidupan sehari-hari.
Tantangan dalam
dunia pendidikan pasti ada dimanapun dan kapanpun. Pembelajaran secara langsung
atau bertatap muka dengan sistem pembelajaran secara virtual terasa berbeda
sekali. Karena belajar dengan bertemu guru secara langsung, memberikan suasana
yang berbeda. Dengan sentuhan kasih sayang yang diberikan guru kepada anak-anak
dapat memberikan semangat dan energy yang luar biasa ketika belajar di sekolah.
Seluruh masyarakat sekolah bahu-membahu
untuk bekerja sama dalam meningkatkan
mutu pelayanan dan pembelajaran yang ada di sekolah. Mulai dari peran
pemerintah, pemilik yayasan sekolah, kepala sekolah, guru, orangtua, siswa
maupun komite sekolah. Sebagai pribadi muslim yang taat beribadah kepada Allah
Subhanallahu ta’ala, hendaklah senantiasa berdoa memohon ampun dan perlindungan
terhadap wabah covid 19.