MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS)
MAKALAH
DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
MANAJEMEN KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN ISLAM
SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2017/2018

Oleh :
M. Rohmad Wahyudi
NIM :
168610800016
Dosen Pembimbing :
ABDUL MAJID, M.Pd
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SIDOARJO
MANAJEMEN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
PROGRAM PASCASARJANA
2017
LEMBAR PENGESAHAN
Makalah ini telah disetujui dan
disahkan sebagai tugas semester ganjil tahun akademik 2017/2018. Dosen
pembimbing makalah Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, dan hasilnya dapat
diterima
Pada tanggal
………………………………………………..
Mengesahkan
Universitas
Muhammadiyah Sidoarjo
Dosen
Abdul Majid, M.Pd
KATA PENGANTAR
Puji syukur
kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat, karunia, serta taufik
dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Sejarah Pendidikan Islam.
Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw, yang
telah membimbing umatnya ke jalan yang benar dan diridhai-Nya.
Penyusunan
makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah “Manajemen Kepemimpinan
Pendidikan Islam” yang mana isinya membahas “Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)”.
Tak lupa juga kami sampaikan terima kasih kepada dosen Abdul Majid, M.Pdyang
telah memberikan tugas kepada kami. Dan juga kami ucapkan terima kasih kepada
rekan-rekan yang telah membantu menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Kami menyadari
dalam proses penyusunan makalah ini tidak lepas dari hambatan dan rintangan,
yang mana banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Dan kami menyadari
juga, keterbatasan-keterbatasan yang kami miliki. Kami mengharapkan kritik dan
saran untuk perbaikan makalah ini.
Syukran
katsiir, semoga kebaikan ini selalu mendapat balasan amal shalih dan diridhai
Allah SWT. Semoga makalah ini dicatat sebagai suatu amal ibadah dan bermanfaat.
Sidoarjo,
Desember 2017
Penyusun
DAFTAR
ISI
HALAMAN JUDUL . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . i
LEMBAR PENGESAHAN . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . ii
KATA PENGANTAR . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . .. . . .
. . . . . . . . . . . . . .iii
DAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
.iv
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah. . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5
B.
Rumusan
Masalah. . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .6
BAB II PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Mutu Pendidikan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. 7
a.
Konsep
dasar MBS . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7
b.
Prinsip utama pelaksanaan MBS . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 9
c.
Ciri-ciri MBS . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
9
d.
Peran
orag tua dan masyarakat . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . 11
e.
Implementasi
MBS . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan
. . . . . . . .. . . . . . . . . .. . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . .. . . .13
B.
Saran
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . .
. . . . .. . . . . . . . .13
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Dalam lembaga pendidikan tentunya
dibutuhkan kemanirian dalam mengatur dan mengelola sekolahnya. Biasanya dikenal dengan
istilah MBS (Manajemen Berbasis Sekolah). Manajemen berbasis sekolah adalah
“pengkoordinasian dan penyerasian sumber daya yang dilakukan secara otomatis
(mandiri) oleh sekolah melalui sejumlah input manajemen untuk mencapai tujuan
sekolah dalam kerangka pendidikan nasional, dengan melibatkan semua kelompok
kepentingan yang terkait dengan sekolah secara langsung dalam proses
pengambilan keputusan”.[1]
Karena pada dasarnya model pendidikan setiap tahun berubah. Hal ini
berkaitan dengan adanya arus globalisasi yang harus mengikuti perkembangan
zaman. Apabila pendidikan tersebut berjalan ditempat, tentunya akan jauh
tertinggal dengan model pendidikan baik. Keberhasilan pendidikan tak lepas dari
kerja sama dari para pelaku pendidikan. Banyak hal yang harus diperhatikan
bersama mengenai pendidikan itu sendiri.
Tujuan pendidikan pada tiap-tiap lembaga pendidikan tentunya
diperlukan komitmen dan kerja sama yang baik. Baik itu dari kebijakan lembaga
itu sendiri dan kebijakan pemerintah. Pendidikan yang bermutu tentunya akan
menghasilkan output yang dibutuhkan masyarakat. Proses
Menurut Myer dan Stinehill (1993) yang dikutip
oleh Taufiqurrahman, Mendefinisikan MPBS “sebagai suatu strategi untuk
memperbaiki pendidikan dengan cara mengalihkan wewenang pengambilan keputusan-keputusan
signifikan dari pejabat state dan district kepada masing-masing
sekolah”.[2]
Dengan demikian tiap-tiap sekolah yang menerapkan MBS berusaha
memperbaiki pendidikan. Baik yang menyangkut permasalahan kurikulum, keuangan
ataupun peningkatan profesionalisme guru di lembaga pendidikan tersebut.
Akan tetapi ada juga sekolah yang menerapkan MBS, namun memiliki
kendala. Baik itu sarana dan prasarana yang belum lengkap maupun tenaga
pendidikan yang belum siap.
B.
Latar Belakang Masalah
Rumusan masalah merupakan
kesenjangan antara yang diharapkan dengan yang terjadi, sedangkan rumusan
masalah adalah suatu pertanyaan yang akan dicarikan jawaban melalui pengumpulan
data.[3]
Dalam pembahasan makalah ini ada beberapa hal yang dibahas antara lain :
1.
Bagaimana
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yang baik ?
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
Manajemen berbasis sekolah merupakan
istilah yang berasal dari tiga kata yaitu : manajemen, berbasis, dan sekolah.
Masing-masing mepunyai arti pertama, manajemen
adalah “pengkoordinasian dan penyerasian sumber daya melalui sejumlah input
manajemen untuk mencapai tujuan atau untuk memenuhi kebutuhan pelanggan, kedua, berbasis adalah berdasarkan pada atau berfokus
pada, ketiga, sekolah adalah suatu organisasi terbawah dalam
jajaran Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) yang bertugas memberikan
‘bekal kemampuan dasar’ kepada peserta didik atas dasar ketentuan-ketentuan
yang bersifat legalistik (makro, meso, mikro) dan profesionalistik.[4]
Dalam lembaga pendidikan, tentunya
pihak sekolah mempunyai kewenangan secara mandiri dalam mengatur dan mengelola
sekolah. Kebutuhan pasar dalam memenuhi pendidikan tentunya juga beragam. Di samping itu pula, tetap pada jalurnya yakni mengikuti aturan
dari pemerintahan setempat dalam mengatur dan mengelola sesuai dengan maksud
dan tujuan dari pada sekolah tersebut.
a.
Konsep dasar MBS
1.
Tujuan
manajemen berbasis sekolah
Secara
umum dan menyeluruh MBS bertujuan untuk :
menjadikan sekolah mampu
mandiri dalam segala aspek mamajemen pendidikannya sehingga sekolah dapat
menentukan arah pengembangan yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan objektif
masyarakat. Oleh karena itu program-program pembelajaran yang disajikan sekolah
harus relevan dengan kebutuhan masyarakat sehingga masyarakat dapat terlibat,
ikut ber-peranserta, dan mendukung kegiatan dan proses pendidikan dalam
sekolah. Hubungan yang harmonis antara sekolah dan masyarakat merupakan jalinan
yang harus senantiasa dibina agar produk (outcomes) pendidikan tidak lagi
asing dari masyarakat lingkungannya.[5]
2.
Karakteristik ciri-ciri
manajemen berbasis sekolah
Manajemen
berbasis sekolah memiliki karakteristik yang harus dipahami oleh sekolah yang
akan menerapkannya untuk memperjelas karakteristik MBS. Maka pendekatan sistem input–proses-output akan
digunakan.
a)
Output.
Pendekatan
yang pertama yaitu output karena output akan
digunakan pendekatan yang pertama yaitu output karena output memiliki
tingkat kepentingan tertinggi. “Output adalah kinerja
sekolah. Kinerja sekolah adalah prestasi sekolah yang dihasilkan dari proses
sekolah”.[6] Output bisanya
dibagi dalam dua kategori yaitu academik achievement dan non
academic achievement.
b)
Proses
Menurut
Umaedi pada proses yang kedua, ada beberapa kategori yang harus diperhatikan
diantaranya efektifitas proses belajar mengajar, kepemimpinan sekolah yang
kuat, pengolahan yang efektif tenaga pendidikan, sekolah memiliki budaya
mutu, sekolah memiliki team work yang kompak, cerdas dan dinamis, sekolah
memiliki kewenangan (kemandirian) dan (tranparansi), manajemen sekolah memiliki
kemauan untuk berubah, sekolah melakukan evaluasi dan perbaikan secara
berkelanjutan, sekolah responsive dan antisipatif terhadap kebutuhan dan
sekolah memiliki akuntabilitas dan sustainabilitas.[7]
c)
Input
kependidikan
Menurut
Umaedi bagian-bagian yang penting dalam input diantaranya yaitu sekolah harus
memiliki kebijakan mutu, sumber daya yang tersedia, harapan prestasi yang
tinggi, fokus pada pelanggan (khususnya peserta didik), input manajemen.
b.
Prinsip
utama pelaksanaan MBS ada lima (5) hal yaitu :
1)
Fokus pada mutu
2)
Bottom-up planning and decision
making
3)
Manajemen yang transparan
4)
Pemberdayaan masyarakat
5)
Peningkatan mutu secara
berkelanjutan
c.
Ciri-ciri
MBS
1)
Organisasi sekolah
a)
Menyediakan manajemen organisasi kepemimpinan transformatif dalam mencapai
tujuan sekolah
b)
Menyusun rencana sekolah dan merumuskan kebijakan untuk sekolahnya sendiri
c) Mengelola kegiatan operasional sekolah
d)
Menjamin adanya komunikasi yang efektif antara sekolah dan masyarakat terkait
(school community)
e)
Menjamin akan terpeliharanya sekolah yang bertanggung jawab (akuntabek kepada
masyarakat dan pemerintah).
2) Proses belajar-mengajar
a) Meningkatkan
kualitas belajar siswa
b) Mengembangkan
kurikulum yang cocok dan tanggap terhadap kebutuhan siswa dan masyarakat
sekolah
c) Menyelenggarakan
pengajaran yang efektif
d) Menyediakan
program pengembangan yang diperlukan siswa
e) Program
pengembangan yang diperlukan siswa
3) Sumber
daya manusia :
a)
Memberdayakan sifat dan menempatkan periode yang dapat melayani keperluan semua
siswa
b)
Memilih staf yang memiliki wawasan bermanajemen berbasis sekolah
c) Menyediakan
kegiatan untuk pengembangan proses pada semua staf
d) Menjamin
kesejahteraan staf dan siswa
e) Kesejahteraan
staf dan siswa
4) Sumber
daya dan administrator
a) Mengidentifikasi
sumber daya yang diperlukan dan mengalokasikan sumber daya tersebut sesuai
dengan kebutuhan
b) Mengelola
dana sekolah
c) Menyediakan
dukungan administratif
d) Mengelola
dan memelihara gedung dan sarana lainnya
e) Memelihara
gedung dan sarana lainnya.[8]
d.
Peran
orang tua dan masyarakat
“Dalam
MBS menuntut peran aktif orang tua dan masyarakat agar mereka merasa memiliki
sekolah dan juga bertanggung jawab atas keberhasilan sekolah. Melalui dewan
sekolah (school council) orang tua dan masyarakat dapat berpartisipasi
dalam pembuatan berbagai keputusan.”[9] Supaya
tidak terdapat tumpang tindih dalam pengelolalan sekolah antara orang tua,
sekolah dan masyarakat. Maka pemerintah harus membuat pedoman bentuk
partisipasi masyarakat.
Menurut
Wayan Koster dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan menyebutkan 9 indikator
partisipasi masyarakat.
a) Partisipasi
dalam ikut menentukan kebijakan dan program sekolah
b) Partisipasi
dalam ikut mengawasi pelaksanaan kebijakan kebijakan program sekolah
c) Partisipasi
dalam pertemuan rutin sekolah
d) Partisipasi
dalam kegiatan ekstrakurikuler
e) Partisipasi
dalam pengawasan mutu sekolah
f) Partisipasi
dalam pertemuan BP3
g) Partisipasi
dalam membiayai pendidikan
h) Partisipasi
dalam menyumbangkan iklim sekolah
i) Partisipasi
dalam pengembangan sarana dan prasarana fisik sekolah.[10]
e. Implementasi MBS
a.) Strategi
Implementasi MBS
Supaya
implementasi MBS berlangsung dengan baik harus didukung pula dengan tenaga
pengajar yang profesioanal. Lembaga sekolah yang memadai, sarana dan prasarana
yang cukup dan tak kalah pentingnya adalah masalah dana dan peran aktif orang tua.
Namun akibat krisis yang dialami bangsa kita telah membawa sedikit banyak
kerugian bagi dunia pendidikan. Dilihat dari peserta didik dari tahun ke tahun
yang selalu menurun, peran aktif dari masyarakat juga menurun karena
mereka lebih memprioritaskan pikiran dan tenaga serta uang mereka untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Karena
sekolah yang bervariasi mulai dari bentuk fisik sekolah yang bagus hingga yang
tidak layak pakai, ada sekolah yang lokasinya di tengah kota sampai sekolah
yang letaknya terpencil. Pada suatu kondisi dimana sekolah mendapat dukungan
aktif dari masyarakat sampai yang kurang bahkan tidak mendapat dukungan aktif
dari masyarakat. Untuk itu dalam implementasi MBS sekolah harus
dikelompok-kelompokkan menurut kemampuan manajemen masing-masing. Pengelompokan
ini bukan dimaksud untuk membedakan tetapi agar pihak-pihak terkait lebih mudah
memberikan dukungan.Pembahasan implementasisebagai suatu paradigma baru, selain
perlu mempertahankan kondisi sekolah, implementasi MBS juga memerlukan
pentahapan yang tepat adapun tahap-tahap yang dilaksanakan yaitu :
a) Mensosialisasikan
konsep MBS ke seluruh warga sekolah
b) Melakukan
analisis situasi sasaran (out put)
c) Merumuskan
sasaran
(1) Visi
(2) Misi
(3) Tujuan
(4) Sasaran
d) Melakukan
analisis SWOT
e) Menyusun
rencana peningkatan mutu
f) Melakukan
evaluasi pelaksanaan
g) Merumuskan
sasaran mutu baru.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Oleh karena itu, secara umum manajemen
peningkatan mutu berbasis sekolah dapat diartikan pengkoordinasikan secara
mandiri oleh sekolah tersebut. Dengan melibatkan beberapa orang pemangku
kepentingan pendidikan sekolah. Secara langsung dalam proses pengamblan
keputusan tetap dalam pengawasan menteri pendidikn. Kebutuhan sekolah tetap
diprioritaskan dan tetap dalam fokus tujuan dari pada pendidikan sekolah.
Jadi, setiap pendidikan pada dasarnya boleh
menerapkan MBS. Tentunya tetap pada acuan dari Departemen Pendidikan Pusat
dalam mengatur dan mengelola pendidikan tersebut. Manajemen berbasis sekolah
adalah hak dan kewenangan dalam lingkup kurikulum, keuangan maupun peningkatan
guru agar lebih professional.
B.
Saran
Bagi para pemangku pendidikan bisa menjalankan
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dengan sebaik-baiknya untuk menjadikan sekolah
tersebut lebih baik dan bermutu. Dan yang paling penting tetap pada
aturan-aturan yang berlaku dalam menjalankan, mengatur dan mengelola sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Slamet PH, Manajemen Berbasis Sekolah dalam
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Balitbang Depdiknas, Jakarta : November-2000
Taufiqurrahman, M.Pd., Manajemen Berbasis Sekolah dalam Jurnal Studi Keislaman, STAIN
Pamekasan, Februari-2002
Sugiono, Metodo Penelitian Pendidikan, (Bandung; Alfabeta, 2Taufiqurrahman, M.Pd., Manajemen Berbasis Sekolah dalam Jurnal Studi Keislaman, STAIN
Pamekasan, Februari-2002
E.Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah,
Rosda Karya, Bandung: 2002
Wayan
Koster, Restrukturisasi Penyelenggaraan Pendidikan, Jurnal
Pendidikan D),
Kebudayaan, No 026 Oktober, Balitbang
Depdiknas, Jakarta: 2000
[1]Slamet PH, Manajemen Berbasis Sekolah dalam
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Balitbang Depdiknas, Jakarta : November-2000,
hlm. 609.
[2]Taufiqurrahman, M.Pd., Manajemen Berbasis Sekolah dalam Jurnal Studi Keislaman, STAIN
Pamekasan, Februari-2002, hlm 14
[3] Sugiono, Metodo
Penelitian Pendidikan, (Bandung; Alfabeta, 2008), hal.55
[5]Taufiqurrahman, M.Pd., Manajemen Berbasis Sekolah dalam Jurnal Studi Keislaman, STAIN
Pamekasan, Februari-2002, hlm 20
[6]Ibid,
hal.11
[7]Ibid,
hal-12-17
[8]E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, Rosda Karya, Bandung: 2002,
hlm. 30
[9]E. Mulyasa, Op.Cit., hlm. 28
[10]Wayan Koster, Restrukturisasi Penyelenggaraan Pendidikan, Jurnal
Pendidikan Dan Kebudayaan, No 026 Oktober, Balitbang Depdiknas, Jakarta: 2000