Jumat, 05 Januari 2018

Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)



MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS)
MAKALAH
DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
MANAJEMEN KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN ISLAM
SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2017/2018





Oleh :
M. Rohmad Wahyudi
NIM :
168610800016

Dosen Pembimbing :
ABDUL MAJID, M.Pd

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SIDOARJO
MANAJEMEN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
PROGRAM PASCASARJANA
2017


LEMBAR PENGESAHAN

Makalah ini telah disetujui dan disahkan sebagai tugas semester ganjil tahun akademik 2017/2018. Dosen pembimbing makalah Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, dan hasilnya dapat diterima

Pada tanggal
………………………………………………..
Mengesahkan
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Dosen

Abdul Majid, M.Pd








KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Sejarah Pendidikan Islam. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw, yang telah membimbing umatnya ke jalan yang benar dan diridhai-Nya.
Penyusunan makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah “Manajemen Kepemimpinan Pendidikan Islam” yang mana isinya membahas “Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)”. Tak lupa juga kami sampaikan terima kasih kepada dosen Abdul Majid, M.Pdyang telah memberikan tugas kepada kami. Dan juga kami ucapkan terima kasih kepada rekan-rekan yang telah membantu menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Kami menyadari dalam proses penyusunan makalah ini tidak lepas dari hambatan dan rintangan, yang mana banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Dan kami menyadari juga, keterbatasan-keterbatasan yang kami miliki. Kami mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan makalah ini.
Syukran katsiir, semoga kebaikan ini selalu mendapat balasan amal shalih dan diridhai Allah SWT. Semoga makalah ini dicatat sebagai suatu amal ibadah dan bermanfaat.

Sidoarjo, Desember 2017
Penyusun



DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . i
LEMBAR PENGESAHAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . ii
KATA PENGANTAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . .  . . . .  . . .  . . . . . . .iii
DAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .iv
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah. . . . . . . . . . . .  . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5
B.     Rumusan Masalah. . . . . . . . . . . . . . .  . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .6

BAB II PEMBAHASAN
A.    Pengertian Mutu Pendidikan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7
a.       Konsep dasar MBS . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .  . . . . . . . 7
b.      Prinsip utama pelaksanaan MBS . . .  . . . . . . . . .  . . . . . . . . . . . . . . 9
c.       Ciri-ciri MBS . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 9
d.      Peran orag tua dan masyarakat . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .  . 11
e.       Implementasi MBS . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan . . . . . . . .. . . . . . . . . .. . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . .13
B.     Saran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . .  . . .. . . . . . . . .13
DAFTAR PUSTAKA







BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Dalam lembaga pendidikan tentunya dibutuhkan kemanirian dalam mengatur dan mengelola sekolahnya. Biasanya dikenal dengan istilah MBS (Manajemen Berbasis Sekolah). Manajemen berbasis sekolah adalah “pengkoordinasian dan penyerasian sumber daya yang dilakukan secara otomatis (mandiri) oleh sekolah melalui sejumlah input manajemen untuk mencapai tujuan sekolah dalam kerangka pendidikan nasional, dengan melibatkan semua kelompok kepentingan yang terkait dengan sekolah secara langsung dalam proses pengambilan keputusan”.[1]
Karena pada dasarnya model pendidikan setiap tahun berubah. Hal ini berkaitan dengan adanya arus globalisasi yang harus mengikuti perkembangan zaman. Apabila pendidikan tersebut berjalan ditempat, tentunya akan jauh tertinggal dengan model pendidikan baik. Keberhasilan pendidikan tak lepas dari kerja sama dari para pelaku pendidikan. Banyak hal yang harus diperhatikan bersama mengenai pendidikan itu sendiri.
Tujuan pendidikan pada tiap-tiap lembaga pendidikan tentunya diperlukan komitmen dan kerja sama yang baik. Baik itu dari kebijakan lembaga itu sendiri dan kebijakan pemerintah. Pendidikan yang bermutu tentunya akan menghasilkan output yang dibutuhkan masyarakat. Proses
Menurut Myer dan Stinehill (1993) yang dikutip oleh Taufiqurrahman, Mendefinisikan MPBS “sebagai suatu strategi untuk memperbaiki pendidikan dengan cara mengalihkan wewenang pengambilan keputusan-keputusan signifikan dari pejabat state dan district kepada masing-masing sekolah”.[2]
Dengan demikian tiap-tiap sekolah yang menerapkan MBS berusaha memperbaiki pendidikan. Baik yang menyangkut permasalahan kurikulum, keuangan ataupun peningkatan profesionalisme guru di lembaga pendidikan tersebut.
Akan tetapi ada juga sekolah yang menerapkan MBS, namun memiliki kendala. Baik itu sarana dan prasarana yang belum lengkap maupun tenaga pendidikan yang belum siap.

B.     Latar Belakang Masalah
Rumusan masalah merupakan kesenjangan antara yang diharapkan dengan yang terjadi, sedangkan rumusan masalah adalah suatu pertanyaan yang akan dicarikan jawaban melalui pengumpulan data.[3] Dalam pembahasan makalah ini ada beberapa hal yang dibahas antara lain :
1.      Bagaimana Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yang baik ?



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
Manajemen berbasis sekolah merupakan istilah yang berasal dari tiga kata yaitu : manajemen, berbasis, dan sekolah. Masing-masing mepunyai arti pertama, manajemen adalah “pengkoordinasian dan penyerasian sumber daya melalui sejumlah input manajemen untuk mencapai tujuan atau untuk memenuhi kebutuhan pelanggan, kedua, berbasis adalah berdasarkan pada atau berfokus pada, ketiga, sekolah adalah suatu organisasi terbawah dalam jajaran Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) yang bertugas memberikan ‘bekal kemampuan dasar’ kepada peserta didik atas dasar ketentuan-ketentuan yang bersifat legalistik (makro, meso, mikro) dan profesionalistik.[4]
Dalam lembaga pendidikan, tentunya pihak sekolah mempunyai kewenangan secara mandiri dalam mengatur dan mengelola sekolah. Kebutuhan pasar dalam memenuhi pendidikan tentunya juga beragam. Di samping itu pula, tetap pada jalurnya yakni mengikuti aturan dari pemerintahan setempat dalam mengatur dan mengelola sesuai dengan maksud dan tujuan dari pada sekolah tersebut.
a.      Konsep dasar MBS
1.      Tujuan manajemen berbasis sekolah
Secara umum dan menyeluruh MBS bertujuan untuk :
menjadikan sekolah mampu mandiri dalam segala aspek mamajemen pendidikannya sehingga sekolah dapat menentukan arah pengembangan yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan objektif masyarakat. Oleh karena itu program-program pembelajaran yang disajikan sekolah harus relevan dengan kebutuhan masyarakat sehingga masyarakat dapat terlibat, ikut ber-peranserta, dan mendukung kegiatan dan proses pendidikan dalam sekolah. Hubungan yang harmonis antara sekolah dan masyarakat merupakan jalinan yang harus senantiasa dibina agar produk (outcomes) pendidikan tidak lagi asing dari masyarakat lingkungannya.[5]
2.      Karakteristik ciri-ciri manajemen berbasis sekolah
Manajemen berbasis sekolah memiliki karakteristik yang harus dipahami oleh sekolah yang akan menerapkannya untuk memperjelas karakteristik  MBS. Maka pendekatan sistem input–proses-output akan digunakan.
a)      Output.
Pendekatan yang pertama  yaitu output  karena  output akan digunakan pendekatan yang pertama yaitu output karena output memiliki tingkat  kepentingan tertinggi. “Output adalah kinerja sekolah. Kinerja sekolah adalah prestasi sekolah yang dihasilkan dari proses sekolah”.[6] Output bisanya dibagi dalam dua kategori yaitu academik achievement dan non academic achievement.
b)      Proses
Menurut Umaedi pada proses  yang kedua, ada beberapa kategori yang harus diperhatikan diantaranya efektifitas proses belajar mengajar, kepemimpinan sekolah yang kuat, pengolahan yang efektif tenaga pendidikan, sekolah memiliki budaya mutu,  sekolah memiliki team work yang kompak, cerdas dan dinamis, sekolah memiliki kewenangan (kemandirian) dan (tranparansi), manajemen sekolah memiliki kemauan untuk berubah, sekolah melakukan evaluasi dan perbaikan secara berkelanjutan, sekolah responsive dan antisipatif terhadap kebutuhan dan sekolah memiliki akuntabilitas dan sustainabilitas.[7] 
c)      Input kependidikan
Menurut Umaedi bagian-bagian yang penting dalam input diantaranya yaitu sekolah harus memiliki kebijakan mutu, sumber daya yang tersedia, harapan prestasi yang tinggi, fokus pada pelanggan (khususnya peserta didik), input manajemen.

b.      Prinsip utama pelaksanaan MBS ada lima (5) hal yaitu :
1)      Fokus pada mutu
2)      Bottom-up planning and decision making
3)      Manajemen yang transparan
4)      Pemberdayaan masyarakat
5)      Peningkatan mutu secara berkelanjutan

c.       Ciri-ciri MBS
1)      Organisasi sekolah
a) Menyediakan manajemen organisasi kepemimpinan transformatif dalam mencapai tujuan sekolah
b) Menyusun rencana sekolah dan merumuskan kebijakan untuk sekolahnya sendiri
c)   Mengelola kegiatan operasional sekolah
d) Menjamin adanya komunikasi yang efektif antara sekolah dan masyarakat terkait (school community)
e) Menjamin akan terpeliharanya sekolah yang bertanggung jawab (akuntabek kepada masyarakat  dan pemerintah).
2) Proses belajar-mengajar
a)   Meningkatkan kualitas belajar siswa
b)  Mengembangkan kurikulum yang cocok dan tanggap terhadap kebutuhan siswa dan masyarakat sekolah
c)   Menyelenggarakan pengajaran yang efektif
d)     Menyediakan program pengembangan yang diperlukan siswa
e)      Program pengembangan yang diperlukan siswa

3)      Sumber daya manusia :
a)  Memberdayakan sifat dan menempatkan periode yang dapat melayani keperluan semua siswa
b)    Memilih staf yang memiliki wawasan bermanajemen berbasis sekolah
c)      Menyediakan kegiatan untuk pengembangan proses pada semua staf
d)     Menjamin kesejahteraan staf dan siswa
e)      Kesejahteraan staf dan siswa


4)     Sumber daya dan administrator
a)      Mengidentifikasi sumber daya yang diperlukan dan mengalokasikan sumber daya tersebut sesuai dengan kebutuhan
b)      Mengelola dana sekolah
c)      Menyediakan dukungan administratif
d)     Mengelola dan memelihara  gedung dan sarana lainnya
e)      Memelihara gedung dan sarana lainnya.[8]

d.        Peran orang tua dan masyarakat
“Dalam MBS menuntut peran aktif orang tua dan masyarakat agar mereka merasa memiliki sekolah dan juga bertanggung jawab atas keberhasilan sekolah. Melalui dewan sekolah (school council) orang tua dan masyarakat dapat berpartisipasi dalam pembuatan berbagai keputusan.”[9] Supaya tidak terdapat tumpang tindih dalam pengelolalan sekolah antara orang tua, sekolah dan masyarakat. Maka pemerintah harus membuat pedoman bentuk partisipasi masyarakat.
Menurut Wayan Koster dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan menyebutkan 9 indikator partisipasi masyarakat.
a)   Partisipasi dalam ikut menentukan kebijakan dan program sekolah
b)   Partisipasi dalam ikut mengawasi pelaksanaan kebijakan kebijakan program sekolah
c)   Partisipasi dalam pertemuan rutin sekolah
d)   Partisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler
e)   Partisipasi dalam pengawasan mutu sekolah
f)    Partisipasi dalam pertemuan BP3
g)   Partisipasi dalam membiayai pendidikan
h)   Partisipasi dalam menyumbangkan iklim sekolah
i)    Partisipasi dalam pengembangan sarana dan prasarana fisik sekolah.[10]

e. Implementasi MBS
a.)       Strategi Implementasi MBS
Supaya implementasi MBS berlangsung dengan baik harus didukung pula dengan tenaga pengajar yang profesioanal. Lembaga sekolah yang memadai, sarana dan prasarana yang cukup dan tak kalah pentingnya adalah masalah dana dan peran aktif orang tua. Namun akibat krisis yang dialami bangsa kita telah membawa sedikit banyak kerugian bagi dunia pendidikan. Dilihat dari peserta didik dari tahun ke tahun yang selalu menurun, peran aktif dari  masyarakat juga menurun karena mereka lebih memprioritaskan pikiran dan tenaga serta uang mereka untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Karena sekolah yang bervariasi mulai dari bentuk fisik sekolah yang bagus hingga yang tidak layak pakai, ada sekolah yang lokasinya di tengah kota sampai sekolah yang letaknya terpencil. Pada suatu kondisi dimana sekolah mendapat dukungan aktif dari masyarakat sampai yang kurang bahkan tidak mendapat dukungan aktif dari masyarakat. Untuk itu dalam implementasi MBS sekolah harus dikelompok-kelompokkan menurut kemampuan manajemen masing-masing. Pengelompokan ini bukan dimaksud untuk membedakan tetapi agar pihak-pihak terkait lebih mudah memberikan dukungan.Pembahasan implementasisebagai suatu paradigma baru, selain perlu mempertahankan kondisi sekolah, implementasi MBS juga memerlukan  pentahapan yang tepat adapun tahap-tahap yang dilaksanakan yaitu :
a)      Mensosialisasikan konsep MBS ke seluruh warga sekolah
b)      Melakukan analisis situasi sasaran (out put)
c)      Merumuskan sasaran
(1)   Visi
(2)   Misi
(3)   Tujuan
(4)   Sasaran
d)     Melakukan analisis SWOT
e)      Menyusun rencana peningkatan mutu
f)       Melakukan  evaluasi pelaksanaan
g)      Merumuskan sasaran mutu baru.

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Oleh karena itu, secara umum manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah dapat diartikan pengkoordinasikan secara mandiri oleh sekolah tersebut. Dengan melibatkan beberapa orang pemangku kepentingan pendidikan sekolah. Secara langsung dalam proses pengamblan keputusan tetap dalam pengawasan menteri pendidikn. Kebutuhan sekolah tetap diprioritaskan dan tetap dalam fokus tujuan dari pada pendidikan sekolah.
Jadi, setiap pendidikan pada dasarnya boleh menerapkan MBS. Tentunya tetap pada acuan dari Departemen Pendidikan Pusat dalam mengatur dan mengelola pendidikan tersebut. Manajemen berbasis sekolah adalah hak dan kewenangan dalam lingkup kurikulum, keuangan maupun peningkatan guru agar lebih professional.
B.     Saran
Bagi para pemangku pendidikan bisa menjalankan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dengan sebaik-baiknya untuk menjadikan sekolah tersebut lebih baik dan bermutu. Dan yang paling penting tetap pada aturan-aturan yang berlaku dalam menjalankan, mengatur dan mengelola sekolah.


DAFTAR PUSTAKA


Slamet PH, Manajemen Berbasis Sekolah dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Balitbang Depdiknas, Jakarta : November-2000
Taufiqurrahman, M.Pd., Manajemen Berbasis Sekolah dalam Jurnal Studi Keislaman, STAIN Pamekasan, Februari-2002

Sugiono, Metodo Penelitian Pendidikan, (Bandung; Alfabeta, 2Taufiqurrahman, M.Pd., Manajemen Berbasis Sekolah dalam Jurnal Studi Keislaman, STAIN Pamekasan, Februari-2002

E.Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, Rosda Karya, Bandung: 2002

Wayan Koster, Restrukturisasi Penyelenggaraan Pendidikan, Jurnal Pendidikan D),
Kebudayaan, No 026 Oktober, Balitbang Depdiknas, Jakarta: 2000



[1]Slamet PH, Manajemen Berbasis Sekolah dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Balitbang Depdiknas, Jakarta : November-2000, hlm. 609.
[2]Taufiqurrahman, M.Pd., Manajemen Berbasis Sekolah dalam Jurnal Studi Keislaman, STAIN Pamekasan, Februari-2002, hlm 14
[3] Sugiono, Metodo Penelitian Pendidikan, (Bandung; Alfabeta, 2008), hal.55
[4]Slamet PH, Op., Cit hal.609
[5]Taufiqurrahman, M.Pd., Manajemen Berbasis Sekolah dalam Jurnal Studi Keislaman, STAIN Pamekasan, Februari-2002, hlm 20
[6]Ibid, hal.11
[7]Ibid, hal-12-17
[8]E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, Rosda Karya, Bandung: 2002, hlm. 30
[9]E.  Mulyasa, Op.Cit., hlm. 28
[10]Wayan Koster, Restrukturisasi Penyelenggaraan Pendidikan, Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, No 026 Oktober, Balitbang Depdiknas, Jakarta: 2000