MAKALAH
Memahami
Kandungan Hadist Tentang Metode Pengajaran
(Diajukan Untuk
Memenuhi Tugas Semester Genap Tahun
Akademik 2012/2013 Hadist Tarbawi )

Kelompok 8 :
1.
Abdul Munthalib (2011791101845)
2.
Ari Nur. H (2011791101867)
3.
Emir Setyo. B (2011791101883)
4.
Imam Ali. A (2011791101888)
5.
M. Rahmad Wahyudi
(2011791101905)
Dosen Pembimbing :
Moh. Khairuddin, M.PdI
JURUSAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
STAI AL-KHOZINY
BUDURAN
SIDOARJO
2013
LEMBAR
PENGESAHAN
Makalah ini telah disetujui dan
disahkan sebagai tugas Semester Genap Tahun Akademik 2012/2013. Dosen
pembimbing makalah Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al-khoziny Buduran
Sidoarjo, dan hasilnya dapat diterima
Pada tanggal
……………………….
Mengesahkan
Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al-khoziny Buduran Sidoarjo
Dosen
Moh. Khairuddin, M.PdI
KATA
PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT,
penulis mengucapkan rasa syukur yang sebesar-besarnya atas nikmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis bisa menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik.
Sholawat dan salam semoga senantiasa
tercurahkan kepada junjungan umat Nabi Muhammad Saw, juga kepada segenap
keluarganya, sahabatnya dan orang-orang yang mengikuti jejak dan sunnahnya.
Penulis mengucapkan banyak terima
kasih kepada dosen Moh. Khairuddin, M.PdI yang telah memberikan tugas makalah
ini sebagai tugas Semester Genap Tahun
Akademik 2012/2013, dan juga penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
rekan-rekan yang telah membantu, mengarahkan dalam penyelesaian makalah ini.
Penulis berharap semoga makalah ini
dapat bermanfaat baik bagi penulis sendiri atau pun orang lain. Penulis berdo’a
semoga amalan, bantuan dari pihak yang telah membantu terselesainya makalah ini
diterima Allah SWT, dan dicatat sebagai amal ibadah yang berlipat ganda. Amien
Sidoajro, Maret 2013
Penulis
DAFTAR
ISI
HALAMAN
JUDUL…………………………………...……………………..…..….i
LEMBAR
PENGESAHAN………………………….…………………..……….….ii
KATA
PENGANTAR………………………………..………………....………..…iii
DAFTAR
ISI………………………………………...………………..…...………...iv
BAB
I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah………………………………………………………5
B. Rumusan
Masalah………………………………………………………….….6
BAB
II PEMBAHASAN
1.
Metode
keteladanan atau demonstrasi…………………………………….7
2.
Metode
pembiasaan dan hukuman………………………………………...8
3.
Metode dialog
atau hiwar atau Tanya jawab……………………………...9
4.
Metode
perumpamaan……………………………………………………10
5.
Metode ceramah………………………………………………………….12
6.
Metode targhib
dan tarhib………………………………………………..13
7.
Metode
pengulangan dan latihan………………………………………...15
8.
Metode mauizhah………………………………………………………...16
BAB
III PENUTUP
A. SIMPULAN………………………………………………………………….18
DAFTAR
PUSTAKA……………………………………………………………….19
DAFTAR
RIWAYAT HIDUP……………………………………….…………….20
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masalah
Pendidikan
sangatlah penting bagi kita semua, baik itu anak-anak, remaja, orang dewasa,
dan orang yang lanjut usia. Di dalam pendidikan banyak terdapat aturan-aturan
atau unsur-unsur yang harus dilakukan untuk melakukan pendidikan. Salah satunya
metode, metode yang dibicarakan disini adalah metode lemah lembut atau kasih
sayang yang dikutip dari hadits Nabi Muhammad SAW yang berkenaan tentang hal
tersebut. Memilih metode mengajar, dan macam-macam metode edukasi. Yang mana
dengan membahas atau mempelajari hal ini kita dapat mengetahui arti metode,
cara memilih metode pengajaran, macam-macam metode dan tidak lupa pula kita
tahu apa yang dimaksud dengan metode kasih sayang atau lemah lembut.
Mengingat mengajar pada hakekatnya merupakan upaya guru dalam
menciptakan situasi belajar yang harmonis dan menyenangkan, maka diharapkan
mampu menumbuhkan berbagai kegiatan belajar mengajar guru dengan perkataan lain
proses belajar mengajar merupakan proses intraksi edukatif antara guru dengan
siswa dengan menciptakan suasana belajar mengajar yang memberi respons terhadap
usaha guru tersebut oleh sebab itu metode mengajar yang baik adalah metode yang
dapat menumbuhkan kegiatan belajar bagi siswa.
Sebelum membicarakan prinsi-prinsip metede mengajar Al-qur’an
hadits, terlebih dahulu perlu dibicarakan pengertian metode mengajar. Prof. DR.
Ramayulis (2001 : 2) berpendapat bahwa metode adalah cara atau jalan yang harus
ditempuh atau dilalui untuk mencapai tujuan tertentu dan metode mengajar adalah
jalan yang harus dilalui untuk mengajar anak-anak supaya dapat mencapai tujuan
belajar dan mengajar.
Menurut Drs. A. Muardi Chatib dan Drs. Paimun dalam buku Metodik
Al-Qur’an Hadits (1982/1983 : 39) metode mengajar adalah alat atau cara untuk
mencapai tujuan pengajaran, artinya tidak jauh beda dengan pendapat Prof. DR.
Ramayulis.
B.
Rumusan Masalah
Masalah adalah merupakan kesenjangan antara yang diharapkan dengan
yang terjadi, sedangkan rumusan masalah adalah merupakan suatu pertanyaan yang
akan dicarikan jawabannya melalui pengumpulan data. [1] Berdasarkan pada uraian pada latar belakang
di atas maka penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut :
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Metode
Keteladanan atau Demonstrasi
Dalam memdidik para sahabat, Rosulullah SAW menggunakan metode
salah satunya dengan keteladanan. Sehubungan dengan hal ini ditemukan hadis
keteladanan dalam membentuk ketekunan mendirikan shalat. Shalat adalah ibadah
yang harus dilaksanakan dengan tekun dan terus-menerus. Rosulullah SAW telah
memberikan keteladanan dalam mendirikan shalat, termasuk shalat malam
(tahajjud). Sehubungan dengan ini, terdapat hadis sebagai berikut.
Aisyah
ra. Meriwayatkan bahwa Nabi SAW mendirikan shalat pada waktu malam sehingga
bengkak kedua kakinya, lalu Aisyah bertanya, “Ya Rosulullah, mengapa engkau
mendirikan (shalat) sampai seperti ini? Padahal, Allah telah mengampuni dosamu
yang telah lalu dan yang akan datang. “Beliau menjawab, “Apakah aku tidak ingin
menjadi seorang hamba yang bersyukur?” Ketika badannya gemuk, beliau shalat
malam dalam keadaan duduk. Apabila beliau hendak ruku’, maka beliau berdiri
kemudian membaca beberapa ayat lalu ruku’. (HR. Al-Bukhari)
Dari hadis di atas dapat dipahami
bahwa Rosulullah SAW telah mendidik sahabatnya mendirikan shalat dengan metode
keteladanan. Beliau menggunakan metode ini tentu dengan pertimbangan yang
matang. Untuk semua aspek pendidikan shalat, metode keteladanan ini dipandang
sebagai suatu metode yang efektif.
Menurut Linda dan Richard Eyre, contoh selalu menjadi guru yang baik dan
yang dapat diperbuat seseorang dapat berdampak luas, lebih jelas, serta lebih
berpengaruh dari pada yang dikatakan.[2]
Penggunaan metode demonstrasi dalam
pengajaran kaifiyah shalat ini merupakan hal yang sangat tepat. Hal itu dapat
dipahami karena kesesuaian metode dengan kompetensi yang diharapkan dapat
dimiliki oleh peserta didik. Dalam mendirikan shalat, umat Islam diperintahkan
agar mengikuti cara yang dilakukan oleh Rosulullah SAW.
B.
Metode
Pembiasaan dan Hukuman
1.
Metode
Pembiasaan
Sehubungan dengan penggunaan metode
pembiasaan dalam pendidikan, dapat dilihat hadis sebagai berikut.
Dari
Amru bin Syu’aib dari ayahnya dari kekeknya, Rosulullah SAW berkata, “Suruhlah
anakmu mendirikan shalat ketika berumur 7 tahun dan pukullah mereka karena
meninggalkannya ketika ia berumur 10 tahun. (Pada saat itu), pisahkanlah tempat
tidur mereka.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud)
Hadis di atas menginformasikan
beberapa hal, yaitu (a) orang tua harus menyuruh anaknya mendirikan shalat
mulai berumur 7 tahun, (b) setelah berumur 10 tahun ternyata anak meninggalkan
shalat, maka orang tua boleh memukulnya, dan (c) pada saat usia 10 tahun itu
juga, tempat tidur anak harus dipisahkan antara laki-laki dan perempuan, juga
antara anak dan orang tua.
Dalam metode belajar ini,
latihan-latihan intensif dan teratur amat diperlukan, misalnya ketika
mempraktikkan gerakan olahraga, musik, menari, melukis, mempraktikkan
benda-benda elektronik, dan sebagian materi pelajaran agama, seperti ibadah
shalat atau haji.[3]
Orangtua diperintahkan mendidik anak mendirikan shalat setelah berusia tujuh
tahun. Hal itu dilakukan untuk mempermudah proses pendidikan. Hal ini sesuai
dengan syarat-syarat penggunaan pembiasaan yang dikemukakan oleh Ahmai Arief.
Menurutnya, pembiasan itu dimulai sebelum terlambat dan hendaklah dilakukan
secara bersinambungan, teratur dan terprogram.[4]
Selain metode pembiasaan, hadis di
atas juga memuat metode hukuman. Rosulullah SAW menyuruh orangtua memukul anak
apabila meninggalkan shalat setelah berusia 10 tahun.
C.
Metode Dialog
atau Hiwar atau Tanya Jawab
Metode Tanya jawab adalah
penyampaian pelajaran dengan cara guru
menganjukan pertanyaan dam murid menjawab. Dengan kata lain, suatu metode di dalam pendidikan di mana guru bertanya dan
murid menjawab tentang materi yang ingin diperolehnya.[5]
Berkaitan dengan ini, terdapat hadis berikut.
Abu Hurairah meriwayatkan bahwa seorang laki-laki datang kepada
Rosulullah SAW lalu bertanya, “Ya Rosulullah, siapa orang yang berhak (pantas) mendapat perlakuan
baikku?” Rosulullah menjawab “Ibumu.” Laki-laki itu berkata lagi, “Siapa lagi?”
Rosulullah menjawab, “Kemudian ibumu.” Laki-laki itu bertanya lagi, “Kemudian
siapa lagi?” Rosulullah menjawab, “Ibumu.” Laki-laki itu berkata lagi (untuk
kali yang keempat), “Kemudian siapa lagi?” Rosulullah menjawab, “Sesudah itu,
ayahmu.” (HR. Al-Bukhari)
Dari hadis di atas memuat informasi
bahwa Rosulullah SAW menggunakan metode dialog dalam mendidik atau mengajar
sahabatnya. Dialog ada yang diawali dengan pertanyaan sahabat kepada Nabi dan
ada pula yang diawali dengan pertanyaan beliau kepada sahabat.
Dari penjelasan di atas dapat
dipahami bahwa metode Tanya-jawab (dialog atau hiwar) yang sudah digunakan oleh
Rosulullah SAW sejak 14 abad yang lalu
ternyata sesuai dan di akui oleh pakar pendidikan modern.
D.
Metode
Perumpamaan
Perumpamaan berarti memberi contoh,
yaitu menuturkan sesuatu guna menjelaskan suatu keadaan yang selaras dan serupa
dengan yang dicontohkan, lalu menonjolkan kebaikan dan keburukan yang tersamar.[6]
Sehubungan dengan ini ditemukan hadis sebagai berikut.
Abu Musa Al-Asy’ari meriwayatkan bahwa Rosulullah SAW bersabda, “Perumpamaan
seorang mukmin yang membaca Al-qur’an adalah bagaikan buah utrujjah. Aromanya harum,
dan rasanya enak. Perumpamaan seorang mukmin yang tidak membaca Al-qur’an
adalah bagaikan buah tamar (kurma). Aromanya tidak ada, tetapi rasanya manis.
Perumpamaan seorang munafik yang membaca Al-qur’an adalah bagaikan buah
raihanah. Aromanya harum, tetapi rasanya pahit. Perumpamaan seorang munafik
yang tidak membaca Al-qur’an adalah bagaikan buah hanzalah. Aromanya tidak ada
dan rasanya pahit.” (HR. Al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi dan
An-Nasa’i)
Berdassarkan hadis di atas
dikemukakan terdapat nilai-nilai kependidikan sebagai berikut.
1.
Rosulullah SAW
mengemukakan perbandingan kualitas manusia dengan buah-buah yang bermanfaat dan
yang tidak bermanfaat dalam kehidupan manusia. Itu sekaligus merupakan
alternatif bagi manusia untuk menempatkan dirinya.
2.
Iman yang benar
perlu dibuktikan dengan amal yang shaleh. Amal yang baik perlu dilandasi oleh
iman yang benar. Keserasian keduanya dapat mengangkat derajat manusia di sisi
Allah.
Setelah memperhatikan tujuan dan
dampak yang ingin diperoleh di atas, sebaiknya pendidik menggunakan metode
perumpamaan ini dalam pendidikan Islam. Perumpamaan yang terbaik adalah
perumpamaan Qurani dan Nabawi, yaitu perumpamaan yang terdapat dalam Al-qur’an
dan hadis.
E.
Metode Ceramah
Metode ceramah ialah metode yang boleh
dikatakan metode tradisional. Karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan
sebagai alat komunikasi lisan antara guru dan anak didik dalam interaksi
edukatif.[7]
Dari penjelasan diatas kita sudah tahu apa itu
metode, dasar pertimbangan memilih metode mengajar, dan macam-macam metode.
Sekarang kita masuk kedalam pembahasan yaitu metode lemah lembut atau kasih
sayang. Jadi, metode lemah lembut atau kasih sayang adalah metode pendidikan
atau cara mendidik anak atau individu atau orang banyak dengan kasih sayang
serta dengan kelembutan.
Sehubungan dengan metode ini ditemukan hadis
sebagai berikut.
Dari Abdullah
bin Umar, Rosulullah SAW bersabda, “Wahai sekalian wanita, bersedekahlah dan
perbanyaklah istigfar, karena sesungguhnya aku melihat kalian banyak yang
menjadi penghuni neraka.” Mereka berkata, “Mengapa demikian, wahai Rosulullah?”
Beliau bersabda, “Kalian banyak melaknat dan mengngkari (kebaikan) pasangan.
Aku tidak pernah melihat orang yang kurang akal dan agamanya menghilangkan akal
seorang laki-laki yang tengah dari pada salah seorang di antara kalian.” (HR.
Al-Bukhari)
Hadis ini menginformasikan bahwa
Rosulullah SAW memberikan ceramah kepada para wanita dengan materi anjuran
bersedekah. Setelah beliau menyampaikan materi ceramah, sahabat wanita
bertanya, ia meminta penjelasan lebih lanjut kepada beliau. Dengan demikian,
beliau menggunakan metode ceramah dan dialog dalam menyampaikan pesan-pesan
mauizahah kepada para sahabat.
Untuk mengantisipasi kepasifan ddan
kejenuhan peserta didik karena metode ceramah, pendidik perlu mengombinasikan
metode ini dengan metode-metode lain yang relevan. Apabila kita mengambil
pelajaran dari hadis di atas, maka terlihat bahwa Rosulullah SAW melengkapi ceramahnya dengan metode dialog
atau Tanya-jawab.
F.
Metode Targhib
dan Tarhib
Targhib adalah janji yang disertai
bujukan dan rayuan untuk menunda kemaslahatan, kelezatan dan kenikmatan. Namun,
penundaan itu bersifat pasti, baik, murni, dan dilakukan melalui amal shaleh
atau pencegahan diri dari kelezatan yang membahayakan (pekerjaan buruk). Satu
hal yang jelass, semua dilakukan untuk mencari keridhaan Allah dan itu
merupakan rahmat bagi hamba-hamba-Nya.[8]
Rosulullah SAW banyak menggunakan targhib
dalam mendidik sahabat (umat)nya. Diantaranya dapat dilihat dalam hadis
berikut ini.
Abdullah bin Mas’ud
meriwayatkan bahwa Rosulullah SAW bersabda :Siapa yang membaca satu huruf
Al-Qu’an mendapat pahala satu kebaikan. Satu kebaikan dilipatgandakan menjadi
sepuluh. Saya tidak mengatakan alif lam mim itu satu huruf. Akan tetapi, alif
satu huruf, lam satu huruf, dan mim satu huruf,” (HR. At-Tirmidzi)
Dengan metode ini, beliau menggugah
dan menimbulkan semangat rasa senang pada diri peserta didik (sahabat) untuk melakukan
sesuatu. Beliau menyampaikan informasi yang menyenangkan hati berupa janji
pahala dari Allah SWT untuk orang yang mengerjakan suatu kebaikan.
Sementara itu, tarhib adalah ancaman atau intimidasi melalui hukuman
yang disebabkan oleh terlaksananya sebuah dosa, kesalahan atau perbuatan yang
dilarang oleh Allah SWT. Selain itu juga karena menyepelekan perlaksanaan
kewajiban yang telah diperintahkan-Nya.[9]
Sehubungan dengan ini terdapat
hadis, antara lain sebagai berikut.
Ummu Aiman meriwayatkan bahwa Rosulullah SAW bersabda, “Janganlah
kamu meninggalkan shalat dengan sengaja karena orang yang meninggalkan shalat
dengan sengaja terlepas dari naungan Allah dan Rosul-Nya.” (HR. Ahmad)
Berdasarkan hadis-hadis di atas,
pendidik Islam dapat menggunakan metode targhib atau tarhib ini
secara seimbang. Jangan hanya menggunakan targhib saja, sedangkan yang
tarhib dibiarkan. Jangan pula sebaliknya. Mana yang lebih besar porsinya dapat
ditentukan setelah melihat karakter peserta didik.
G.
Metode
Pengulangan dan Latihan
Menurut Ali Al-Jumbulati, psikologi
modern memandang bahwa pengulangan merupakan salah satu metode belajar yang
baik, karena dapat memperbaiki pengetahuan pada tahap permulaan yang bersifat
global (seperti yang telah diuraikan dalam teori Gestalt).[10]
Umar bin Al-Khaththab meriwayatkan bahwa seorang laki-laki berwudhu
lalu ia meninggalkan membasuh tumitnya selebar kuku. Hal itu dilihat oleh Nabi
SAW lalu beliau bersabda, “Ulangilahh dan perbaiki wudhumu. Selanjutnya,
laki-laki itu mengulang wudhunya lalu shalat.” (HR. Al-Bukhari)
Dalam hadis ini, Rosulullah SAW
mengajarkan car beerwudhu setelah melihat ada rukun wudhu sahabat yang tidak
sempurna. Beliau menyuruh sahabat itu untuk mengulanginya.
Pengajaran memerlukan banyak
pengulangan. Pengulangan bahan yang telah dipelajari akan menguatkan hasil
belajar. Dalam pelaksanaanya, pengulangan dapat dilakukan ssebelum pemberian
materi pelajaran dan dapat pula sesudah penyampaian bahan pelajaran.
Metode praktik langsung dan
pengulangan ini sangat penting dalam pembelajaran agama Islam terutama masalah
ibadah, agar peserta didik mampu memahai dan melaksanakan sesuai dengan
kaifiyah yang benar. Tanpa praktik dan pengulangan, ilmu pengetahuan yang
diperoleh peserta didik tidak aplikatif dan tidak fungsional.
H.
Metode Mauizhah
Metode Mauizhah adalah mengingatkan
seseorang terhadap sesuatu yang dapat meluluhkan hatinya dan sesuatu itu dapat
berupa pahala atau siksa, sehingga ia menjadi ingat.[11]
Sehubungan ini terdapat hadis berikut.
Umar bin Abi Salamah ra berkata, “Dulu aku menjadi pembantu di
rumah Rosulullah SAW. Ketika aku mengulurkan tanganku ke berbagai penjuru.
Melihat itu beliau berkata, “Hai Nak, bacalah basmallah, makanlah dengan tangan
kananmu, dan makanlah apa yang ada di dekatmu.” (HR. Al-Bukhari)
Riwayat di atas menyiratkan beberapa
nilai tarbawiyah yang dapat kita terapkan dalam mendidik anak. Sehubungan hadis
ini. Najib Khalid Al-Amir menjelaskan sebagai berikut.
1.
Rosulullah SAW
senantiasa menyempatkan untuk makan bersama anak-anak. Cara tersebut akan
mempererat keterikatan batin antara seorang pendidik dan anak didiknya. Dengan
begitu, kita dapat meluruskan kembali berbagai kekeliruan yang mereka lakukan
melalui dialog terbuka dan diskusi.
2.
Waktu yang
beliau pilih pun sangat tepat. Beliau segera menegur ketika kekeliruan Umar bin
Abi Salamah itu terjadi berulang-berulang sebelum kebiasaan tersebut menjadi
kebiasaan sehari-hari.
3.
Seorang
pendidik, beliau memanggil anak dengan panggilan yang menyenangkan, seperti,
“Hai, Nak.” Umar bin Abi Salamah pun menyenangi panggilan tersebut. Cara
tersebut cukup efektif untuk menarik perhatian anak sehingga mereka tidak
kesulitan menerima nasihat.
Memberikan
mauizhah atau nasihat meeupakan pekerjaan penting dan sering kali efektif dalam
pendidikan Islam. Akan tetapi, banyak orang yang tidak menggunakannya, bahkan
juga orangtua. Seyogianya, pendidik banyak menggunakan ibrah (nasihat) yang
menyentuh, menyejukkan hati, dan menggugah emosi peserta didik seperti yang
dicontohkan oleh Rosulullah SAW.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Metode adalah cara atau jalan yang harus ditempuh atau dilalui
untuk mencapai tujuan tertentu. Metode mengajar adalah jalan yang harus dilalui
untuk mengajar anak-anak supaya dapat mencapai tujuan belajar mengajar. Kendali
pembelajaran bukan berada di tangan guru atau pendidik seutuhnya. Aktor
pembelajaran adalah siswa. Guru hanyalah sebagai fasilitator. Dengan banyak
terlibat secara aktif, otomatis siswa tidak akan merasa bosan. Justru para
siswa akan merasa senang dan bergairah.
Untuk itu metode yang digunakan harus disesuaikan antara motivasi,
kebutuhan, dan minat dengan kematangan, perbedaan individu, pembawaan anak
serta kemampuan anak. Semua prinsip-prinsip itu harus diperhatikan atau
deiketahui oleh seorang guru dalam mengajar Al-Qur’an Hadits maupun pelajaran
yang lain. Sifat Rasulullah yang selalu lembut dalam menghadapi segala masalah
pada masanya, beliau tidak menghujat ataupun mencaci hal-hal yang sifatnya
sepele. Sunnguh telah ada Suri tauladan yang baik dalam diri Rasulullah
shalallahu 'alaihi wasallam.
Jadi disini saya menyimpulkan dari isi
kandungan hadits Nabi Muhammad SAW tersebut dengan metode pendidikan sekarang,
kita bisa melakukan pengajaran dengan lemah lembut dan kasih sayang juga.
Dengan cara mengintegrasikan antara komponen metode pendidikan sekarang dan
sopan santun, pengertian, lemah lembut kepada peserta didik atau siapa pun yang
sesuai dengan tuntunan agama Islam. Kalau di dalam agama Islam hal ini bisa
kita pelajari dalam pelajaran akhlak atau adab.
Demikianlah
sedikit ringkasan tentang bagaimana metode pengajaran Rasulullah shalallahu
'alaihi wasallam kepada para sahabatnya, semoga bisa dijadikan pelajaran yang
berharga.
DAFTAR PUSTAKA
Sugiono,
Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung;
Alfabeta, 2008), Hal.55
Linda
dan Richard Eyre, Mengejar Nilai-Nilai kepada Allah, judul asli
Teaching
Your Children Values, diterjemahkan Alex Tri Kantjono Widodo, (Jakarta:
Gramedia, 1995) hlm. 29.
Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung;
Rosdakya, 2006), hlm. 122.
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakaarta:
Ciputat Pres, 2002), hlm. 114-115
Zuhairini, dkk., Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya:
Usaha Nasional, 1983), cet. Ke-8, hlm.86..
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, hlm.
143.
Drs. Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interkasi
Edukatif, (Jakarta; PT Rineka Cipta, 2000), Ct. ke-1, h. 195-205
Abdurrahman An-Nawawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah, dan
Masyarakat, hlm. 296.
Ibid.
Ali Al-Jumbulati, Perbandingan Pendidikan Islam, (Jakarta: Rineka Cipta, 1994), hlm. 200.
Abdurrahman An-Nawawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah, dan Masyarakat,
hlm. 289.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1.
Nama Lengkap : M Rahmad Wahyudi
TempatTanggal Lahir : Kediri, 08 November
1992
Alamat :
Dsn. Sumber Agung Ds. Krecek Badas-Kediri
NIM :2011791101905
Jurusan :
Tarbiyah (PAI)
Semester : IVB (Empat)
No. Telepon : 085 731 862 556
PENDIDKAN
1.
MI Muhammadiyan Pare-Kediri, tamatan 2005
2.
SMP Muhammadiyah 1 Pare-Kediri, tamatan 2008
3.
SMA Muhammadiyah 1 Pare-Kediri, tamatan 2011
2.
Nama Lengkap : Ari Nur Hidayatullah
TempatTanggal Lahir : Sidoarjo, 14 November
1984
Alamat :
Krian-Sidoarjo
NIM :2011791101867
Jurusan : Tarbiyah (PAI)
Semester : IVB (Empat)
No. Telepon : 085730456995
PENDIDKAN
1. MI Wahid Hasyim Krian, tamatan 1997
2. MtsN Tambakberas Jombang, tamatan 2001
3. SMA Wahid Hasyim Krian, tamatan 2006
3.
Nama Lengkap : Imam Ali Achmad
TempatTanggal Lahir : Sidoarjo, 10 Juli 1992
Alamat :
Tanggulangin-Sidoarjo
NIM :2011791101888
Jurusan : Tarbiyah (PAI)
Semester : IVB (Empat)
No. Telepon : 089678183840
PENDIDKAN
1. SD Kedensari 2 Krian, tamatan 2005
2. MtsN As-Syafi’yah Tanggulangin, tamatan 2008
3. MA As-Syafi’yah Tanggulangin, tamatan 2011
4.
Nama Lengkap : Abdul Munthalib
TempatTanggal Lahir : Sampang, 12 Juli 1991
Alamat :
Ds. Dempol kec. Jrengik
NIM :2011791101845
Jurusan : Tarbiyah (PAI)
Semester : IVB (Empat)
No. Telepon : 08967890269
PENDIDKAN
1. MI Faqih Hasyim Siwalanpanji, tamatan 2005
2. Mts Faqih Hasyim Siwalanpanji, tamatan 2008
3. MA Faqih Hasyim Siwalanpanji, tamatan 2011
4.
Nama Lengkap : Emir Setyo. B
TempatTanggal Lahir : Sidoarjo, 26 Juli 1993
Alamat :
Jl. KH. Mukmin, Sidoarjo
NIM :2011791101883
Jurusan : Tarbiyah (PAI)
Semester : IVB (Empat)
No. Telepon : 085608268727
PENDIDKAN
1. MINU Sidoarjo, tamatan 2005
2. MtsN Sidoarjo, tamatan 2008
3. MAN Sidoarjo, tamatan 2011
[1]
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung;
Alfabeta, 2008), Hal.55
[2] Linda
dan Richard Eyre, Mengejar Nilai-Nilai kepada Allah, judul asli Teaching
Your Children Values, diterjemahkan Alex Tri Kantjono Widodo, (Jakarta:
Gramedia, 1995) hlm. 29.
[3]
Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung;
Rosdakya, 2006), hlm. 122.
[4] Armai
Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakaarta:
Ciputat Pres, 2002), hlm. 114-115.
[5]
Zuhairini, dkk., Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya: Usaha
Nasional, 1983), cet. Ke-8, hlm.86.
[6]
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, hlm. 143.
[7] Drs. Syaiful
Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interkasi Edukatif, (Jakarta;
PT Rineka Cipta, 2000), Ct. ke-1, h. 195-205
[8]
Abdurrahman An-Nawawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah, dan Masyarakat,
hlm. 296.
[9]
Ibid.
[10] Ali Al-Jumbulati, Perbandingan Pendidikan
Islam, (Jakarta: Rineka Cipta,
1994), hlm. 200.
[11]
Abdurrahman An-Nawawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah, dan Masyarakat,
hlm. 289.